RELEVANSI TEOLOGI PERJANJIAN LAMA
RELEVANSI TEOLOGI
PERJANJIAN LAMA
Dalam buku ini penulis memberikan
bebarapa pokok penting yang berkenaan dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
Perjanjian Lama antara lain: Pertama, Perjanjian Lama memiliki kesatuan
dengan Perjanjian Baru yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain; kedua,
Perjanjian Lama menjadi dasar secara historis dan juga secara teologis bagi
Perjanjian Baru; ketiga, penyataan Allah dalam Perjanjian Lama menjadi
dasar bagi penyataan Allah dalam Perjanjian Baru; keempat, nubuatan-nubuatan
dalam Perjanjian Lama digenapi dalam Perjanjian Baru; kelima, Perjanjian
Lama memiliki kebenaran-kebenaran yang mendasar sebagaimana dalam Perjanjian
Baru. Harus disadari mempelajari Perjanjian Lama berarti mempelajari masa lalu,
mempelajari dunia yang berbeda dengan konteks masa kini sehingga menjadi
persoalan dalam mempelajari Perjanjian Lama namun Perjanjian Lama harus di mengerti
dan dipahami dengan baik.
Memahami Teologi Perjanjian Lama
tidak terlepas dari pemahaman terjadap teologi Biblika karena Teologi
Perjanjian Lama adalah bagian dari Teologi Biblika. Teologi Perjanjian Lama
adalah suatu jenis teologi yang berorientasi pada Perjanjian Lama. Atau lebih
tepatnya Teologi Perjanjian Lama adalah studdi dan presentasi dari apa yang
dinyatakan Allah dalam Perjanjian Lama. Tugas teologi dibagi menjadi dua yaitu
tugas yang bersifat deskriptif ( apa yang dikerjakan Allah yang
dilaporkan dalam Perjanjian Lama dan tugas yang teologis (Perjanjian
Lama tidak hanya menyangkut dengan sejarah Israel, menceritakan kembali apa
yang dikerjakan Allah untuk Israel. Perjanjian Lama adalah Alkitab yang
diinspirasikan dan memiliki berita yang berasal dari Allah yang berlaku bagi
segala waktu dan tempat. Fokus dan tujuan dari suatu teologi adalah Allah
sendiri, karena teologi adalah belajar tentang Allah dan belajar dari Allah dan
belajar untuk kemuliaan Allah. Kebenaran yang mendasar dalam teologi
Perjanjian Lama adalah realitas Allah yang secara aktif mengkomunikasikan
kehendak-Nya dalam sejarah.
Sejarah
Teologi Perjanjian Lama sangat panjang dan penuh liku-liku, itu menyatakan
bahwa teologi Perjanjian Lama harus kembali pada Teologi Perjanjian Lama itu
sendiri. Perjanjian Lama diyakini dan dihargai pada zaman Perjanjian Lama itu
sendiri sebagai penyataan Allah dan dipakai oleh para penulis pada zamannya
yang terdahulu sebagai suatu sumber Teologi kitabnya. Ada 6 periode sejarah
dalam perkembangan sejarah Teologi: (1) Teologi Perjanjian Lama dan dan
Perjanjian Baru; (2) Abad Gereja mula-mula; (3) Dari abad-abad pertengahan
sampai reformasi; (4) Periode abad pencerahan; (5) Dari abad pertengahan sampai
dialektis; (6) Gerakan Teologi Biblika. Penulis Perjanjian Baru memakai
Perjanjian Lama untuk menunjukkan hubungan secara langsung dengan Perjanjian
Lama. Perkembangan sejarah Teologi Perjanjian Lama jelas lebih baik dalam
Perjanjian Lama, pada masa Intertestamenn sampai kepada Perjanjian Baru.
Penyataan Allah dalam Perjanjian Lama itu sendiri menjadi sumber teologi yang
dipakai para penulis Alkitab, dan Perjanjian Lama dalam otoritasnya juga menjadi
pokok pengajaran sampai kepada Perjanjian Baru.
Banyak metode yang dipakai sebagai
pendekatan untuk membangun Teologi Perjanjian Lama. Sebagian Teologi Perjanjian
Lama mengartikan tugas dari teolgi adalah bersifat deskriptif, yaitu
menjelaskan teologi objektif dan historis seperti yang dibentangkan di dalam
Alkitab itu sendiri tetapi sebagian lagi adalah tugas hermeneutik untuk
menerjemahkan gagasan-gagasan biblikal ke dalam situasi modern. Artinya mencari
arti masa lampau untuk kepentingan masa kini; dengan demikian metodologi
teologi dalam studi Perjanjian Lama merupakan suatu sarana untuk membangun
minat dan kemampuan besar untuk menggali kekayaan di dalam studi Perjanjian
Lama yang terabaikan. Untuk membangun suatu Teologi Perjanjian Lama maka: (1)
Teologi alkitabiah harus dipahami sebagai sebuah disiplin yang bersifat
historis-teologis, memiliki tugas untuk menguraikan apa makna asli suatu ayat
dan apa arti ayat bagi masa kini; (2) Teologi harus dibangun berdasarkan sistem
hermeneutik yang dapat dipertanggungjawabkan; (3) membiarkan tema-tema,
motif-motif dan konsepsi-konsepsinya dibentuk oleh Teologi; (4) harus membangun
Teologi yang intergral, Teologi Perjanjian Lama yang memiliki hubungan dengan
Perjanjian Baru.
Teologi Perjanjian Lama memiliki landasan
yang kokoh sebagai kontruksi Teologi. Teologi Perjanjian Lama dibangun
berdasarkan penyataan Allah dan sejarah penyataan Allah; dimana Allah
menyatakan diri-Nya sehingga dapat dikenal. Allah menyatakan diri-Nya dalam
berbagai periode waktu dan dengan berbagai cara melalui para nabi dan penyataan
Allah yang final adalah melalui anak-Nya Tuhan Yesus Kristus. Allah menyatakan
diri dalam bentuk tahapan progresif, dikarenakan keberdosaan dan keterbatasan
manusia, sehingga Allah berinisiatif untuk menyatakan diri kepada manusia
dengan cara bertahap. Penyataan Allah dalam Perjanjian Lama dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu: (1) penyataan Allah dalam periode pra-Lapsarian
(periode ketidakberdosaan manusia); (2) periode pasca Lapsarian (perido
keberdosaan manusia). Ada beberapa periode penyataan Allah dalam Perjanian
Lama: (1) Periode para patriach, dimulai dari Zaman Abraham sampai kelahiran
Musa, penyataan Allah hanya kepada orang-orang yang dipilih; (2) periode Musa,
penyataan Allah nampak jelas ketika membebaskan Bangsa Israel dari Mesisr (3)
periode Nabi-nabi, mediator bagi penyataan Allah.
Perjanjian Lama memili keanekaragaman
pokok-poko Teologi, baik poko yang bersifat ekstensif, pokok teologi yang
memiliki cakupan yang luas dan bersifat kontinius sampai dengan Perjanjian
Baru. Hukum Taurat dipakai untuk menunjukkan kumpulan-kumpulan hukum atau
perintah yang berhubungan dengan hukum seremonial/keagaaman, hukum moran dan
hukum-hukum yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Mempelajari
penyataan Allah dalam Teologi Perjanjian Lama berati mempelajarai penyataan
Allah dalam dua periode besar. Hukum Taurat ini memiliki sikap: jangkauan luas,
Hukum Taurat mencakup selurh aspek kehidupan manusia baik secara spiritual
maupun secara moral; bersifat batiniah, Hukum Taurat yang terdiri atas berbagai
peraturan hukum dan ketentuan-ketentua; memiliki kekuatan mutlak dan
ketentuan-ketentuan; memiliki kekuatan mutlak, Hukum Taurat mencerminkan Allah
sendiri. Perjanjian yang dilakukan Allah dengan manusia merupakan fakta yang
ada dalam Perjanjian Lama karena perjanjian itu sebagai wujud hakekat Allah dan
perjanjian juga sebagai respons dan tanggungjawab manusia terhadap Allah.
Pengaruh Teologi Perjanjian Lama secara
khusus berhubungan dengan Perjanjian Baru dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu: (1) kesadaran Mesianis Tuhan kita Yesus Kristus, Yesus Kristus
mengetahui bahwa diri-Nya sendiri adalah Mesiasa yang dinubuatkan, Dia adalah
Allah yang kekal. (2) Karya keselamatan Mesias, gambar karya keselamatan yang
ditemukan dalam Perjanjian Baru adalah sama sebagaimana gambaran yang
sebelumnya yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Lama (bdk Yesaya 53:5). (3)
Pengaruh Teologi Perjanjian Lama nampa dalam berita para rasul. Salah satu
nampak dalam pemberitaan Rasul Paulus sebagaimana tertulis dalam 1 Tesalonika
1:9-10; Perjanjian Lama mengajarkan bahwa kematian merupakan suatu hukum dosa
(relasi Allah dan manusia rusaka). (4) Ajaran Gereja, yaitu
pernyataan-pernyataan iman yang bersumber dari Alkitab dan sesuai dengan ajaran
Alkitab. Teologi Perjanjian Lama menunjukkan bahwa Gereja dalam proklamasinya
dan formulasinya akan doktrin telah dipengaruhi Alkitab/pribadi Yesus Kristus
yang dinyatakan di dalam pengakuan iman adalah gambaran yang jelas dalam
Perjanjian Baru yang sesuai dengan berita Perjanjian Baru.
Relevansi Alkitab terletak pada pribasi
Allah yang menginspirasikan Alkitab melalui para hamba-Nya pada masa lalu.
Keyakinan terhadap Allah dan Firman-Nya menjadi fondasi yang kuat bagi
relavansi Alkitab masa kini yang terletak pada doktrin tentang Allah. Alkitab
menjelaskan berbagai gambaran tentang Allah dengan cara yang beraneka ragam;
Allah adalah Terang. Alkitab relevan dalam kehidupan masa kini, karena Alkitab
yang bersumber kepada Allah bertujuan untuk menyampaikan tujuan Allah bagi
manusia di segala tempat, waktu dan situasi. Kebenaran Allah tidak berubah dan
tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Apa yang sudah dinyatakan dalam
Perjanjian Lama adalah kebenaran yang sama disampaikan kepada kita. Alkitab
adalah Firman Allah yang tertulis dan Alkitab juga masih tetap berbicara sampai
saat ini. Perjanjian Lama juga banyak dikutip dalam Perjanjian Baru bahkan
Yesus juga menggunakan Perjanjian Lama sebagai landasan pengajarannya (Matius
19:4-5; Roma 4; Galatia 3:16). Perjanjian Lama masih relevan dan akan tetap
relevan karena Firman Allah tidak dapat dibatasi oleh apapun.
Posting Komentar untuk "RELEVANSI TEOLOGI PERJANJIAN LAMA"