Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LATAR BELAKANG KITAB KELUARAN



LATAR BELAKANG KITAB KELUARAN

a. Konteks Historis dan Literaris-Teologis

 

 Latar Belakang

Kitab Keluaran adalah sebuah kitab yang penuh kuasa dan dramatis. Kitab Keluar mencatat peristiwa-peristiwa dari kelahiran Musa sampai penyelesaian dan penahbisan

Kemah Suci di Sinai pada bulan pertama tahun kedua sesudah peristiwa Keluaran dari

Mesir (bdk 1:1; 2:1-14). Jadi sejarah aktual dari Kitab Keluaran meliputi jangka waktu

sekitar delapan puluh lima tahun.9

Kitab Keluaran adalah sebuah kitab yang yang berkaitan dengan keselamatan dan pembebasan, yang menceritakan bagaimana bangsa Israel memperoleh kebebasan dari

bangsa Mesir dengan pimpinan Allah yang mahakuasa. Anak-anak sulung di Mesir meninggal dunia, pada waktu malaikat Paskah menyelamatkan nyawa anak-anak

sulung Israel karena darah anak domba sudah dicurahkan bagi mereka.

Di gunung Sinai, Allah menyatakan diri-Nya kepada Israel dan mengadakan perjanjian dengan mereka, suatu perjanjian yang diringkaskan dalam Sepuluh Hukum.

Di padang Gurun Sinai Allah memberikan Kemah Suci kepada Israel, yaitu suatu tempat ibadah, tempat orang Israel dapat menyembah Tuhan yang kini tinggal ditengah-tengah mereka.

 

 Latar Belakang Teologis

            Teologi Kitab Keluaran sering disebut sebagai teologi pembebasan. Pembebasan luar biasa Israel dari Mesir dan perbudakannya telah dihubungkan dalam tahun-tahun belakangan ini dengan perkembangan teologi pembebasan. Israel mendapat pembebasan karena kemahakuasaan Allah. Kitab Keluaran memberikan pemahaman teologis mengenai pembebasan, dimana Allah telah memperlihatkan karya pembebasan bagu umat Israel dari Mesir. Juga mengenai paskah, ibadah kepada Allah. Allah tidak hanya membebaskan bangsa Israel, tetapi Allah juga ingin supaya bangsa Israel beribadah kepada-Nya. Karya pembebasan bangsa Israel merupakan karya keselamatan yang diberikan oleh Allah.

Dalam konteks karya pembebasan Allah ini ada suatu peristiwa yang sangat penting, yaitu tentang penetapan perayaan Paskah (Keluaran 12:1-28; 43-50; 13:1-6). Perayaan Paskah mengingatkan mereka akan karya Allah yang membebaskan merekadari perbudakan Mesir (Keluaran 13:3-4, 8-9).


 Siatuasi Historis dalam Perikop

o Penulis

Menurut tradisi Yahudi dan Kristen penulis Kitab Keluaran adalah Musa, ia menulis atas perintah Allah dalam hubungannya dengan pengalaman perjanjian Israel bersama Yahweh di Sinai.12 Kitab-kitab lain Torah mengaitkan Musa untuk penulisannya dan kebanyakan sastra alkitabiah memperlakukan Torah sebagai satu kesatuan. Sehingga disimpulkan bahwa Musa adalah penulis semua Kitab Torah (Kejadian-Ulangan). Orang Yahudi sangat yakin bahwa Musa adalah penulis Kitab- kitab Penteteukh. Musa dipercaya sebagai penulis Kitab Pentateukh karena dilihat dari  beberapa kualifikasi, antara lain: (a). Pendidikan yang ia dapat membuktikan ia layak disebut sebagai penulinya, diperkirakan ia dididik dalam istana Dinasti ke-18, salah satu dinasti yang paling berkuasa dan maju dalam sejarah Mesir. (b). Pengalaman Musa merupakan kualifikasi yang menembah keakuratannya sebagai penulis kitab Kejadian- Ulangan, dimana ia pernah tinggal di Mesir dan setelahnya ia pernah tinggal di Midian karena ia melarikan diri. Hal ini membantu ia melintasi padang Gurun bersama bangsa Israel, Musa sangat akrab dengan daerah itu. Ia mengetahui iklim, suasana geografis, flora dan fauna padang gurun itu. pengetahuannya tentan Mesir juga membantu dia dalam melukiskan pengalaman-pengalaman leluhurnya pada saat mereka menetap di wilayah delta (Kejadian 37-50). (c). Berhubungan dengan peranan Musa sebagai pemimpin politik dan keagamaan Israel. Ia adalah tokoh kunci di Gunung Sinai dalam pembentukan bangsa itu sebagai umat khusus kepunyaan Allah, yang terikat dalam suatu perjanjian kepada-Nya. Musa sebagai penulis Kitab Kejadian-Ulangan (Pentateukh) juga didukung oleh Kitab Pentateukh (Keluaran 24:4,7; Ulangan 31:24, 9); Kitab-kitab lain di Perjanjian lama (Yosua 1:7-8, 8:31, 34-35; 1 Raja-Raja 2:3, 2 Raja-Raja 2:3) dan juga dalam Perjanjian Baru (Markus 12:26; Lukas 16:29, 31, 24:27; Yohanes 5:46-47).

 

o Waktu

Kisah yang dicatat di dalam Kitab Keluaran meliputi periode sekitar 300 tahun masa tinggal orang Israel di Mesir, sampai dengan waktu sebelum lahirnya Musa, kurang lebih seabad sebelum orang Israel keluar dari tanah Mesir. Kitab keluaran diperkirakan di tulis tahun 1440-1400 SM. Kitab ini menggambarkan pemetaan pertumbuhan keturunan Yakub yang cepat, mulai dari Mesir hingga penetapan bangsa mereka sebagai negara agama di Tanah Perjanjian.

 

o Geografi

Mesir

Negeri Mesir terletak di sebelah barat daya Palestina. Sungai Nil dianggap sebagai dewa oleh orang Mesir karena semua kehidupan bergantung pada aliran sungai besar ini. Negeri Mesir menerima curah hujan sampai delapan inci saja setiap tahunnya, dengan bagian-bagian besar lainnya curah hujan kurang dari satu inci. Kegiatan pertanian bergantung seluruhnya pada irigasi tanah endapan yang subur dan mengendap sepanjang lembah sungai sebagai akibat luapan atau banjir yang terjadi setiap tahunnya.

Mesir kuno dibagi atas Kerajaan di daerah yang lebih tinggi (sepanjang bidang tanah sempir dari lembah sungai di selatan) dan Kerajaan di daerah yang lebih rendah (yang pada dasarnya adalah daerah delta di utara). Pola banjir Sungai Nil yang dapat diramalkan dan penghalang-penghalang alami yang besar berupa gunung-gunung dan padang gurun di perbatasan timur dan barat menyebabkan peradaban Mesir tidak mengalami perubahan. Mesir mengembangkan perekonomian berdasarkan pertanian yang dapat diandalkan, suatu struktur pemerintahan yang stabil dan masyarakat yang tertib.

Pengaruh Mesir dapat dilihat di bidang lainnya yaitu dalam bahasa dan kesusastraan Perjanjian Lama. Kawasan Mesir meliputi pinggiran Afrika di timur laut, dibatasi oleh Gurun Sahara di bagian barat, hutan rimba tropis Nubia di bagian selatan, Laut Merah di timur dan Laut Tengah di utara. Daerah Delta dan pantai mempunyai suhu yang tinggi dam kelembapan yang tinggi pada musim panas dan hujan yang lebat pada musim dingin. Iklim yang berubah-ubah ini membawa penyakit bagi bangsa Mesir.

 

Sukot

Sukot adalah tempat pertama yang pertama dicapai orang Israel dalam perjalanan mereka pada masa Keluaran. Mungkin sama dengan kota Mesir kuno (Piton), yang letaknya disebalah timur Wadi Tumilat (Keluaran 12:37; 13:20; Bilangan ng33”5-6). Inilah adalah jalan yang biasa digunakan oleh pengungsi untuk keluar-masuk ke Mesir.15

 

Etam

Etam adalah perkemahan orang Israel di tanah genting Suez (Keluaran 13:20; Bilangan 33:6-7). Muller menyarankan ada hubungannya dengan nama ilah Mesir, Atum. Sungai Nil menjadi rute perdagangan paling penting untuk Mesir. Karena angin- angin umumnya meniup keselatan perahu-perahu dapat berlayar ke hulu di Sungai Nil.

Sejak masa prasejarah, orang Mesir adalah orang yang berlayar di sungai dan pada th 3000 sM, mereka telah membawa kapalmereka ke laut bebas. Kapal-kapal Mesir berkuasa dalam perdagangan ke arah selatan negeri kemenyan, mur, getah dan gading. Sewaktu Mesir memperluas perdagangan dan menjadi banga yang makmur, Mesir harus mengembangkan cara-cara pertanian yang lebih baik. Bahan makanan dan serat tekstil menjadi pokok kekuatan ekonominya.

 

 Kebudayaan

Dalam hal ini penulis akan fokus kepada kebudayaan Mesir.

a. Bangsa

Bukti-bukti paling tua mengenai kegiatan manusia di Mesir, adalah alat-alat batu api bertarokh zaman palailotik (zaman batu kuno) yang ditemukan di dataran- dataran tangga Sungai Nil.

 

b. Bahasa

Asal mula bahasa Mesir kuno adalah pencampuran beberapa bahasa asli dan menempuh perjalanan sejarah yang panjang. Biasanya disebut bahasa Semit-Ham. Banyak koasakata bahasa Mesir serumpun langsung dengan bahasa semit dan dalam susunan kalimat ada persamaannya. Dalam sejarah bahasa Mesir, lima tahapan utama dapat dibedakan dalam

sumber-sumber tulisan. Tahapan pertama ialah Mesir Kuno, suatu bentuk purba yang dipakai selama dinasti I-VIII dalam milenium 3sM. Tahapan kedua ialah Mesir Pertengahan, barangkali menjadi bahasaa sehari-hari Dinasti IX-XI (2200- 2000 sM) dan dipakai secara umum diseluruh Mesir. Tahapan ketiga adalah Bahasa umum pada Aman Kerajaan Baru dan sesudahnya (abad 16-8 sM) tapi sudah menjadi bahasa umum dua abad sebelum zaman ini (1800-1600). Tahapan keempat, Demotik, yaitu bahasa rakyat jelata Mesir. Tahapan kelima adalah Bahasa kopt, yaitu tahapan terakhir bahasa Mesir dan menjadi bahasa umum di Mesir pada zaman Romawi-Binzantina.

 Agama

Dalam hal ini penulis akan fokus kepada agama Mesir. Agama Mesir tidak pernah merupakan kesatuan yang tunggal. Senantiasa ada dewa-dewa setempat di seantero negeri itu. Beberapa adalah P(e)tah, dewa pencipta di Memfis; Tot, dewa pengetahuan dan bulan di Hermopolis; Amun “yang tersembunyi”, dewa di Tebes, yang mengungguli dewa perang Mentu di sana dan menjadi dewa negara Mesir pada milenium.Yang paling dekat kepada agama nasionalyang sesungguhnya adalah ibadah kepada Osiris dan kelompoknya. Ibadah Mesir sama sekali berlawanan dengan ibadah Ibrani secara khusus, juga dengan ibadah Semit secara umum. Ibadah kepada dewa-dewa akbar hanya memakai satu bentuk ibadah umum, yakni sang dewa diperlakukan tepat seperti raja dunia. Tiap pagi dia dibangunkan dari tidurnya dengan nyanyian, dicuci dan dikenakan pakaian (yaitu patungnya), diberi sarapan pagi (korban pagi) melakukan kesibukan pagi dan mendapat makan siang dan malam (selaras dengan korban-korban) sebelum istirahat sepanjang malam.

 

Latar Depan Literatis dan Historis

Bagaimana perkembangan historis orang/bangsa dalam teks Di kemudian hari para nabi berulang-ulang menasehati Israel supaya Kembali kepada Allah. Para pemazmur dalam tulisan mereka selalu mengingatkan Keluaran ini, lalu memuji kasih karunia Allah yang memanggil dan melepaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir, untuk menggenapi janji-janji-Nya kepada leluhur mereka, supaya mereka dapat mengabdi kepada Allah. Bagi mereka pembebasan bangsa Israel merupakan peristiwa yang harus selalu diingat selama-lamanya dengan hati yang berterimakasih dan menanggapinya dengan tindakan perbuatan dalam ketaatan. Dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Tuhan Yesus menggenapi “Keluaran” yang terakhir, yaitu pelepasan yang sungguh-sungguh (Bdk Ibr 13:13). 

Posting Komentar untuk "LATAR BELAKANG KITAB KELUARAN"