Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KITAB KIDUNG AGUNG BUKAN KITAB PORNO

 







BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengetahuan yang komprehensif mengenai maksud Allah dapat diperoleh dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, maka pengetahuan manusia juga ikut mengalami perkembangan sehingga semakin banyak pemahaman yang muncul.  Dalam hal ini termasuk pemahaman mengenai Alkitab. Alkitab dipandang sebagai buku kuno yang sulit dimengerti dan tidak relevan di masa kini. Kitab Perjanjian Lama memiliki teologinya sendiri yaitu Teologi Perjanjian Lama.

Teologi Perjanjian Lama merupakan cabang ilmu biblika yang membahas mengenai penyataan Allah dalam Perjanjian Lama dan juga memberikan makna teks Alkitab pada masa lalu dan pada masa kini. [1]Teologi Perjanjian Lama juga membahas isu-isu teologis  yang ada dalam Perjanjian Lama, dan berusaha memberikan jawaban. Salah satu isu yang berkembang saat ini adalah mengenai Kitab Kidung Agung.

Kidung Agung merupakan kitab yang relatif jarang mendapat perhatian di kalangan Kristen maupun dikalangan lain. Membaca Kitab Kidung Agung sekilas memberikan kesan sebagai kitab yang menampilkan sesksualitas semata.[2] Kaum Muslim sendiri memandang  kitab Kidung Agung sebagai kitab porno karena ada kata-kata yang dianggap tidak pantas (tidak sopan) dicatat dalam kitab ini, contohnya seperti Kitab Kidung Agung 1:13 Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku; 4:5 Seperti dua anak rusa buah dadamu; 7:3 Seperti dua anak rusa buah dadamu.[3] Apakah benar Kitab Kidung Agung adalah kitab porno? Bagaimana mungkin kitab yang isinya tampak vulgar menjadi bagian dalam Alkitab yang merupakan suatu kumpulan tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah sebagai Firman Tuhan (bdk 2 Timotius 3:16)?[4] Bagaimanakah Teologi Perjanjian Lama memandang Kitab Kidung Agung? Bagaimanakah signifikansi Teologi Perjanjian Lama dalam studi teologi?

baca juga: roti kudus, apakah orang awam boleh memakannya? 

Dalam hal ini, perlu menyelidiki isu tersebut dengan seksama sehingga dapat mengetahui maksud penulis kitab itu, sehingga dapat memberikan kebenaran yang sesungguhnya. Untuk dapat memahami dan menjelaskan kebenaran dari isu diatas, perlu adanya pemahaman yang lengkap mengenai Teologi Perjanjian Lama. [5]Teologi Perjanjian Lama menjadi jembatan/sarana untuk memahami Perjanjian Lama, menjawab setiap isu-isu teologi dan memberikan solusi atas kendala-kendala yang ada diatas dengan memberikan nilai kebenaran yang seutuhnya.

BAB II

PEMBAHASAN

Teologi Perjanjian Lama

John H Sailhamer mengatakan bahwa Teologi Perjanjian Lama adalah studi dan presentasi yang mempelajari tentang apa yang dinyatakan oleh Allah yang bersumber kepada Perjanjian Lama. Teologi  Perjanjian Lama menunjukkan berbagai sisi pribadi Allah yang aktif berkarya dalam sejarah kehidupan manusia hingga saat ini. Jadi Teologi Perjanjian Lama adalah teologi yang berdasarkan Alkitab secara khusus Kitab Perjanjian Lama yang berusaha mendapatkan kategori pemikiran dan norma untuk penafsirannya dari studi Alkitab secara keseluruhan. Teologi Perjanjian Lama menempatkan penekanan utama pada teologia yang terdapat didalamnya atau mengikat kepada Perjanjian Lama. Teologi Perjanjian Lama bersifat teologis karena menceritakan kembali apa yang dikerjakan Allah pada masa lalu namun masih berlaku bagi dalam segala waktu dan tempat.  Teologi Perjanjian Lama memiliki sumber dari Alkitab (PL), karena sebuah teologi hanya dapat dibangun diatas penyataan Allah yang telah tertulis dalam Alkitab.[6] Jadi, Teologi Perjanjian Lama adalah studi tentang apa yang dipresentasikan dan dinyatakan oleh Allah dalam Perjanjian Lama yang bersifat otoratif untuk masa kini.

 

Kitab Kidung Agung

Sebagaimana dikatakan diatas bawa Teologi Perjanjian Lama adalah bagian dari Teologi Biblika, karena Teologi Perjanjian Lama itu merupakan bagian terpenting dari Teologi Biblika dan juga ilmu teologi yang lainnya. Teologi Biblika sangat diperlukan untuk mempelajari Teologi Perjanjian Lama dengan tujuan menjelaskan teologi yang ada didalamnya. Dalam konteks ini adalah bagaimana memahami Kitab Kidung Agung yang dianggap oleh kaum muslim sebagai kitab porno.

Penulisan

Menurut tradisi, Kidung Agung ditulis oleh Salomo.[7]  Salomo adalah tokoh hikmat yang mengubah 1.005 nyanyian dan 3.000 amsal (1 Raj 4:29-34). Para pendukung pandangan bahwa Raja Salomo adalah penulis kitab ini merujuk kepada beberapa ayat dalam Kidung Agung (Kidung 1:5; 3:7, 9,11). Hassel Bulluck berpendapat bahwa bentuk puisi yang mengangumkan dari kitab ini pasti menunjuk pada satu zaman ketika zaman bahasa Ibrani dalam keadaan baik, keaadan ini sesuai dengan zaman Salomo.[8]

Pemberian nama Kidung Agung sangat mirip dengan pemberian nama pada kitab-kitab kebikjasanaan lainnya yang secara tradisional diyakini berasal dari Salomo. Kidung Agung sendiri masuk pada bagian ketiga dari kethubim (kitab-kitab Ibrani). Dalam tradisi rabinik kemudian mengelompokkan Kidung Adung sebagai yang pertama kumpulan megilot yang biasa dibacakan pada hari raya Paskah Yahudi.[9]

Kidung Agung (Song of Songs) merupakan suatu kitab puitis dalam Perjanjian Lama yang dalam bahasa Ibrani dinamakan “Syir Hasyirim” yang berarti kidung dari segala kidung. Sebagai nyanyian cinta, kitab yang mengusung tema ini sepantasnya disebut “Kidung Agung” yang dalam kanin Ibrani digunakan dalam perayaan-perayaan; biasanya ditentukan untuk dibaca pada perayaan Paskah, yaitu pesta untuk  memperingati kelepasan dari Mesir.[10]

 Waktu Penulisan Kidung Agung

Tidak ada kesepakatan di kalang para pakar teolog mengenai waktu penulis kitab ini. Namun nyanyian ini diperkirakan berasal dari waktu yang sudah lalu, tetapi bahan-bahan itu terkumpul dan dituliskan berulang kali. Menurut Telnoni, dalam kebutuhan di Israel, bahan-bahan itu dituliskan di zaman pembuangan atau sesudahnya yang mungkin dimulai di zaman Salomo dengan memperlihatkan kekayaan, kemewahan dan hikmatnya.[11]

Urutan Kidung Agung sebagai kitab pertama dalam Megilot (Pengkhotbah, Amsal dan Kidung Agung) sesuai dengan perayaan Paskah yang diadakan di awal tahun dalam kalender Yahudi Relasi tersebut, terjadi di antara kedua pasangan itu (bdk 2:16, 6:3). Relasi percintaan adalah sebuah relasi timbal balik, relasi yang bebas dari kontrol, dominasi, dan hierarki.[12]

Situasi, Sosial, Budaya dan Politik

Dalam berbagai literatur, berkembang pemahaman bahwa kalimat demi kalimat dalam sajak dan puitis Kitab Kidung Agung merepresentasikan kebiasaan-kebiasaan sosial yang dilakukan oleh masyarakat Timur Dekat Kuno yakni di Mesopotamia dan Mesir. Menurut Loprieno, kidung atau lirik cinta (love poetry) merupakan bagian dari fenomena unik dalam literatur Mesir dan Mesopotamia.[13] Misalnya, ada deskripsi metaforis tentang tubuh yang mirip dengan yang ada di Kidung Agung dalam nyanyian pujian Mesir dan Mesopotamia yang memuji tubuh para dewa, dan deskripsi tentang kecantikan seseorang terjadi dalam berbagai konteks sastra. Jadi, sajak dan puisi ini diungkapkan kepada seseorang yang sesuai dengan keadaan sosial dimana mereka hidup. Lirik asmara Mesir banyak menggunakan metafora dan pemerumpamaan. Sebagian besar diambil dari dunia alam: tenaman, hewan, pemandangan Delta Ni dengan rawa-rawa.[14]

Kebudayaan timur tengah memiliki pola kehidupan yang berbeda. Model pakaian tertutup mewarnai gambaran busana bangsa Israel Kuno. Oleh sebab itu, masyarakat Israel mengimajinasikan kehidupan tubuh orang yang dicintai dengan bentuk sastra/puisi tertentu seperti yang ada pada Perjanjian Lama. Dalam tradisi Yahudi, sentuhan  badan merupakan sesuatu yang tidak sembarangan dilakukan.

Dalam tradisi mistik Yahudi, ciuman merupakan tanda ikatan yang melambangkan ikatan emosional lewat perantara tubuh.

Tujuan Penulisan

Kitab ini ditulis dalam kanon, untuk menjelaskan asal-usul ilahi dari martabat kasih manusia di dalam pernikahan. Kitab Kejadian menyatakan bahwa seksualitas manusia dan pernikahan mendahului kejatuhan manusia kedalam disa (Kejadian 2:18-25). Namun walaupun dosa telah menodai bidang pengalaman manusia, penulis Kidung Agung menjelaskan bahwa pernikahan itu bisa murni, sehat, dan indah.

Kidung Agung secara khusus dijadikan sebagai kitab pemahaman seksualitas. Tujuannya agar di abad pertengahan, orang-orang Kristen jauh dari hidup bercacat cela dan kudus. Sajak-sajak dalam Kidung Agung merupakan dialog antara seorang laki-laki, seorang perempuan, serta pihak ketiga yang disebutkan sebagi puteri-puteri Yerusalem. Sejatinya cinta, bukan semata-mata soal biologis (fisik) tetapi soal nurani. Bahkan desire terkait erat rasa, nurani, emosional, dan semangat. Kitab Kidung Agung ini memberikan pemaknaan biblika mengenai seksualitas secara tepat dan mulia.

 

Teologi Perjanjian Lama terhadap Kitab Kidung Agung

Dalam hal ini penulis akan fokus pada pasal 1:13 “Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku”.  Mur tersebut dibungkus (bungkusan; Ibrani: tseror). Bungkusan itu sendiri dapat berupa kantung yang digantungkan pada leher orang yang memakainya atau ditenun menjadi satu dengan pakainnya sehingga bisa jadi itulah yang menunjukkan letaknya di antara buah dada. Pengertian lain yang boleh dilihat di sini ialah dengan penempatan pemuda terkasih itu di dada, gadis itu mendapat perisai sehingga ia aman, bebas dari gangguan orang. Bersamaan dengan itu gadis tersebut seakanakan hendak mengatakan kepada kekasihnya “di dadaku ada kamu.” Kekuatan cinta dari pemuda ini yang dapat membangkitkan penghargaan atau kesadaran cinta pada gadis ini. Dengan demikian bagian-bagian vital dari seorang gadis tidak dapat didekati oleh sembarang orang, tetapi hanya dia yang disapa kekasihku (Ibrani: dodi). Hal ini menunjukkan bahwa si pemuda dan kekasih ini telah dipersatukan dalam pelukan hangat.[15]

 Esra Soru memberi pendapat bahwa,  Kidung Agung adalah Kitab kidung (yang berisi lagu-lagu yang mulia) yang din yanyikan pada pesta-pesta pernikahan orang Yahudi, kidung khusus pernikahan.  Kata buah dada dalam kitab ini, wajar dalam hubungan pernikahan (bukan sesuatu hal yang tabu). Seks adalah sesuatu yang kudus karena Allah sendiri yang menciptakannya). Keberdosaan manusia membuatnya menilai keagungan dan kemuliaan seksualitas sebagai sesuatu yang sangat rendah (berbau negatif). Orang Yahudi menilai Kitab ini sebagai kitab yang agung. [16]

Kidung Agung adalah pujian teragung yang memiliki bentuk paling indah diantara semua bentuk pujian lainnya. Dalam kitab ini dilukiskan ekspresi fisik sepasang manusia yang dilakukan dengan dasar cinta sejati sehingga keduanya merasa saling melengkapi di tengah  kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Kitab Kidung Agung memberikan gambaran tentang kemegahan dan kekuatan cinta manusia yang diekspresikan melalui hubungan seks. Kidung Agung juga memberi sebuah wacana mengenai pentingnya cinta sejati. Secara tersurat ataupun secara tersirat, Alkitab tidak pernah memandang rendah masalah seks. Seks adalah hal yang dialami dan dirasakan oleh setiap manusia yang dikuatkan oleh kesaksian Alkitab. Namun, seks hanya sah dilakukan oleh sepasang suami-istri yang sudah terikat dalam pernikahan.[17]

Jika dikaitkan dengan isu teologis tentang Kitab Kidung Agung yang disebut sebagai Kitab Porno dengan pengertian pornografi sangatlah bertentangan, karena Kitab Kidung Agung tidak dituliskan untuk membangkitkan nafsu berahi seseorang melainkan untuk menunjukkan keromantisan Salomo dan gadis Sulam yang saling mencintai dan keromantisan yang ditunjukkan dalam Kitab ini adalah dalam konteks hubungan suami-istri, sesuatu yang sangat wajar dilakukan oleh pasangan suami-istri.  Dari pengertian ini sangatlah jelas bahwa Kitab Kidung Agung tidak mengandung ayat-ayat yang bersifat pornografi, karena Kitab ini membahas pasangan kekasih yang sudah menikah, sangat wajar bagi mereka untuk membahas keromantisan cinta mereka.  Kitab Kidung Agung adalah kitab yang ditujukan bagi pasangan suami-istri untuk mewujudkan keharmonisan rumah tangga. Kehidupan suami-istri yang ideal tersirat dalam Kidung Agung, dimana seorang suami diajarkan untuk menyanjung kecantikan istrinya (bukan sesuatu yang porno). Kitab Agung ini menunjukkan bentuk sukacita yang mendalam karena pengalaman berhubungan intim antara suami istri yang telah membuat satu komitmen melalui pernikahan. Hal ini hanya terjadi sepanjang suami-istri bisa menjaga kesucian dalam pernikahan mareka. Kidung Agung merupakan pelajaran yang dibangun atas realitas kehidupan rumah tangga (hubungan pernikahan) yang melukiskan betapa luar biasanya kekayaan cinta manusia; dalam kitab ini keindahan dan kesucian cinta kasih suami-istru diungkapkan dengan kata-kata yang sangat gamblang dan sangat sehat. Dimana mereka hidup dalam kesucian hidup percintaan manusia. Jika dikaji secara biblika, maka Kitab Kidung Agung bukan Kitab Porno (bdk 2 Timotius 3:16), segala tulisan yang diilhami oleh Roh Kudus bermanfaat bagi setiap orang percaya. Dalam hal ini, Kitab Kidung juga bermanfaat bagi setiap orang percaya, dan dapat membangun iman, khususnya bagi pasangan suami-istri.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

Signifikansi Teologi Perjanjian Lama dalam Studi Teologi

Teologi Perjanjian lama memberikan jawaban dan menyelesaikan isu-isu teologis  yang diperdebatkan dalam studi teologi khususnya mengenai Kitab Perjanjian Lama. Teologi Perjanjian Lama berfungsi menyatakan kebenaran secara biblika mengenai  Kitab Kidung Agung disebut sebagai kitab porno” dengan melihat dari keseluruhan Kitab Kidung Agung; sejarah kepenulisannya, tujuan kepenulisannya, lokasi kepenulisannya sehingga dapat memahami maksud dari Kitab itu seutuhnya. Sehingga dapat memberikan jawaban atas isu itu, dimana Kitab Kidung Agung tidak layak disebut sebagai kitab porno, karena kitab ini merupakan kitab kidung yang paling agung dan mulia. Jika dilihat dari latar belakang diatas maka penulis menyimpulkan signifikasi teologi Perjanjian Lama dalam studi teologi adalah, Teologi Perjanjian Lama menunjukkan kepentingan Perjanjian Lama bagi kehidupan masa kini, karena banyak orang tidak menyadari dan tidak mempercayai bahwa Perjanjian Lama menceritakan sebuah kisah yang tunggal, terpadu, dan melekat satu dengan yang lain. Karena itu semua berasal dari Tuhan. Oleh sebab itu, teologi Perjanjian Lama berupaya untuk menampilkan kesatuan ini.

Teologi Perjanjian Lama memfokuskan kembali perhatian kita kepada Tuhan sebagai subjek Perjanjian Lama itu sendiri. Teologi Perjanjian Lama secara alami berpusat kepada Tuhan. Teologi Perjanjian Lama ini (teologi biblika) menyediakan metode penafsiran yang lebih baik. Teologi Perjanjian Lama berusaha untuk memahami keseluruhan  Perjanjian Lama dalam hubungannya dengan bagian-bagiannya dalam pewahyuan Allah yang progresif. Teologi Perjanjian Lama berusaha untuk memahami keseluruhan Kitab Perjanjian Lama sehingga bisa konsisten dalam penafsiran dan penerapannya.

 baca juga: konsep logos menurut orang yahudi

Kesimpulan

 Jadi dapat disimpulkan bahwa Kitab Kidung Agung bukanlah Kitab porno. Melainkan Kitab yang melambangkan kisah cinta pasangan suami-istri yang sangat erat. Hubungan seksualitas adalah sesuatu yang mulia, dan hanya dapat dilakukan dalam rana pernikahan. Kidung Agung menampilkan cinta yang tidak hanya berfokus kepada fisik (biologis) atau aspek seks (berahi) tetapi juga aspek emosional, nurani dan ikatan batin.



[1] Evendy Tobing. Teologi Perjanjian Lama (masikah Perjanjian Lama Relevan untuk Masa Kini). Malang: Widya Kusuma 2018. Hal 19

[2]  Dunamis: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Vol. 4, No. 2, April 2020

[3] Islam bersatulah, https://www.youtube.com/watch?v=ZSdv_exuOqM . Diakses 14 April 2021.

[4] Anwar Tjen and Lady Mandalika, “Kidung Agung: Vulgar Atau Sakral?,” in Forum Biblika: Jurnal Ilmiah Populer (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2016)

[5] Jurnal Pendidikan Agama Kristen Regula Fidie, Pendekatan Horst Dietrich Preuus Dab Gerhard Von Rad Dalam Metodologi Teologi Perjanjian Lama. Vol 4 Nmr 1 Maret 2019.

                [6] Dr. Retna Wangsa, https://www.youtube.com/watch?v=7TWUg3aA-Rg. 23 Maret 2021  

[7]  W. S. Lasor, dkk. “Pengantar Perjanjian Lama”. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) 166

[8] C. Hassel Bullock. An Introduction To The Old Testament. (Chicago: Moody Bible Institute Press, 1988) 304

[9] Weldemina tiwery, Desire Of Love “Menafsir Kidung Agung 7:10-8:4, GEMA TEOLOGI. Vol. 39, No. 1, April 2015, 1

[10] Lasor, dkk, The Songs of Songs: Revelation of God. 1988, 10

[11] Telnoni, Kidung Agung: Pembebasan, Kidung Solidaritas Perempuan, Kidung Kesetaraan Perempuan dan laki-laki, 6.

[12] Ibid 3, 5

[13] Antonia Lapiero, “Searching for a Common Background: Egyptian Love Poetry and the Biblical Song of Song”, in Perspectives on the Song of Songs. (Berlin Walter de Gruyter 2005) 105

[14] Bloch, Tge Song Of Song: A New Traslations with introductory and Commentary. 147

[15] Barbiero, Song of Songs: A Close Reasing, 75

[16] Pdt Esra Soru. https://www.youtube.com/watch?v=aFpPqrV9CDg. Diakses 26 Maret 2021. 14:36

[17] Rifai, Cahaya Cinta: Mengungkap Makna Kitab Kidung Agung. (Yogyakarta: ANDI, 2005) 6

1 komentar untuk "KITAB KIDUNG AGUNG BUKAN KITAB PORNO "