Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ANTARA KITAB SUCI DAN FIKSI: TELAAH TEOLOGIS MENGENAI ALKITAB (BAB II)




BAB II

ISI

PANDANGAN MENGENAI ALKITAB ADALAH FIKSI

            Alkitab dituliskan berdasarkan fakta-fakta yang diketahui pada masa itu. Seluruh Kitab Suci secara ilmiah maupun secara historis adalah akurat, dan implikasi Alkitab secara ilmiah dan historis terus menerus diperjelas dan diteguhkan oleh temuan-temuan arkeologis modern.[1] Pada abad ke-19 orang-orang skeptik dan para arkeolog menuduh Alkitab membuat pernyataan fiktif ketika menyebutkan bangsa Het, karena tak ada satu pun bukti di luar Alkitab tentang bangsa itu.[2]

            Salah seorang teolog, S Wismoady Wahono, dalam bukunya Di sini kutemukan: petunjuk mempelajari dan mengajarkan alkitab, mengatakan bahwa Alkitab memang ada cerita-cerita sejarah yang didukung oleh fakta-fakta. Tetapi di dalam Alkitab juga ada cerita-cerita yang sulit dicarikan dukungan fakta-fakta. Cerita-cerita tentang para nenek moyang bangsa Israel lebih merupakan cerita saga ketimbang cerita sejarah. Saga adalah cerita sejarah yang tidak disertai fakta. Saga mencerminkan pemahaman intern yang bersifat intuitif dari suatu masyarakat mengenai fakta-fakta kehidupan masyarakat itu sendiri. Saga lebih mencerminkan pengalaman historis ketimbang laporan resmi mengenai sejarah itu.[3]

Higher Critism (Kritik Tinggi) mereka melakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap Alkitab yang dilihat dari sejarah, bentuk naskah pokok bahasan dan argumen kitab-kitab lain, dimana mereka mengkritik penulisan Alkitab ini dengan cara yang sama seperti mengkritik buku sekuler lainnya. Pada dasarnya Kritik tinggi ini juga digunakan dengan benar akan membentuk dan membuktikan bahwa Alktiab itu bukanlah khayalan dari para penulis dan akan menuntun pada kebenaran yang benar berdasarkan bukti sejarah, baik itu dalam bentuk arkeologi, dll. Namun dalam perkembangannya, pemikiran teologi Kritik Tinggi ini meragukan kebenaran Alkitab itu sebagai sebuah catatan yang sungguh-sungguh terjadi dan Allah yang merupakan author dari kepenulisan itu.

 

PENTINGNYA ARKEOLOGI UNTUK MEMBUKTIKAN KEABSAHAN ALKITAB

Kata Arkeologi dalam bahasa Indonesia adalah padanan dari kata archaeology bahasa Inggris. Kata dalam bahasa Inggris itu berasal dari dua kata Yunani, yakni archaios yang artinya tua/purbakala, dan Logos yang berarti kata, perkara, cerita, atau perkataan. Jadi dapat disimpulkan arti kata arkeologi itu adalah cerita/perkataan/percakapan tentang perkara-perkara purbakala. Namun, lebih tepatnya kata arkeologi bila diterapkan pada sumber sejarah yang tidak diketahui sebelum berbagai ekskavasi/penggalian sistematis dengan mengedepankan kaidah arkeologis menemukannya. Arkeologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang memperhatikan peradaban-peradaban kuno, dan menyelidiki sejarah mereka di semua bidang melalui sisa-sisa seni, arsitektur, monumen, prasasti, sastra, bahasa, peralatan, tradisi dan semua contoh lain yang masih bertahan.[4]

Arkeologi berulang-ulang meneguhkan keakuratan Alkitab. Pada tahun-tahun terdahulu, sebelum terjadi kemajuan pesat dalam arkeologi, kaum skeptik menyatakan bahwa bangsa dan tempat-tempat tertentu adalah mitos dan tidak pernah ada. Namun keraguan itu telah tersingkirkan satu demi satu melalui penggalian dan penyisiran situs-situs kuno. Sekitar 200 tahun lalu, sekelompok ilmuwan mengumpulkan 82 “kesalahan” Alkitab. Sejak saat itu, arkeologi dan pekembangan pemahaman bahasa kuno dan konteks budaya telah memecahkan tiap-tiap “kesalahan” tersebut. Firman Allah terbukti benar sampai rincian yang sekecil-kecilnya.[5]

Berbicara tentang arkeologi Alkitab, pada zaman modern banyak arkeolog yang memperhatikan pencarian di seluruh Timur Dekat Kuno untuk membuktikan tempat-tempat –dengan manusia dan kejadian yang berlangsung- sebagaimana yang diceritakan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam hubungannya dengan itu, Alkitab merupakan sebuah sumber informasi yang kaya mengenai material dokumentasi, namun juga kerap membahayakan bila kepercayaan yang berlebihan terhadap teks di dalamnya karena menyangkut keimanan, akan menutupi akses kenetralan dari nilai arkeologisnya.

Dalam Alkitab diceritakan peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat dengan manusia dan tempat tertentu. Sebagian besar ajarannya berdasarkan pengalaman pribadi atau sejarah bangsa. Jadi yang didapati dalam Alkitab bukan kebenaran abstrak, melainkan karya dan firman Allah di dalam sejarah umatNya. Oleh karena itu mustahil kita mengerti Alkitab dengan sebaik-baiknya tanpa pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan zaman kuno itu. Dan untuk memperoleh pengetahuan tersebut, arkeologi mutlak perlu. Melalui arkeologi para ahli menemukan sisa peninggalan purbakala, termasuk tulisan-tulisan dalam bahasa kuno. Dengan demikian, kita memperoleh beragam informasi mengenai kehidupan manusia dahulu, termasuk pada zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.[6] Jadi penemuan-penemuan arkeologi sangat diperlukan untuk membuktikan kesahihan, fakta sejarah dan ilmiah.[7]

            Memang arkeolog bukanlah menjadi ha yang mutlak untuk menyatakan atau membuktikan bahwa Alkitab itu adalah Firman Tuhan, namun untuk memahami cerita sejarah yang tercatat di dalam Alkitab mengenai kehidupan manusia ribuan tahun alu, penemuan-penemuan arkeologi sangat penting untuk mendukung kebenaran dari fakta yang telah Alkitab catat tersebut.

 

SEJARAH DAN KEUNIKAN ALKITAB

Alkitab adalah sebutan untuk sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam Yudaisme dan Kekristenan. Kata “Alkitab” yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, dan juga digunakan umat Muslim untuk menyebut Al-Qur’an.[8] Alkitab merupakan sekumpulan kitab suci yang dituliskan pada waktu yang berlainan, oleh para penulis yang berbeda di lokasi-lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-kitab dalam Akitab (PL&PB) sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai hubungan antara Allah dengan manusia.

Pada abad ke-2 SM, kelompok-kelompok Yahudi telah menyebut kitab-kitab Alkitab sebagai “kitab-kitab suci” (scripture) dan menyebutnya “kudus” atau “suci”. Kalangan Kristen dengan sebutan “The Holy Bible”. Di Indonesia umumnya menggunakan sebutan “Alkitab”. Stephen Langton membagi Alkitab ke dalam pasal-pasal (atau bab) pada abad le-13, dan seorang tukang cetak Perancis bernama Robert Estiene membaginya ke dalam ayat-ayat pada abad ke-16. Saat ini pada umumnya Alkitab dibagi-bagi berdasarkan kitab, pasal, dan ayat. Salinan tertua Alkitab lengkap yang masih dilestarikan hingga sekarang adalah sebuah buku perkamen abad ke-4 (empat) awal yang disimpan di Perpustakaan Vatikan, dan dikenal dengan nama Kodeks Vaticanus.[9]

            Tidak ada buku lain yang seperti Alkitab, dimana ditulis dalam kurun waktu sekitar 1.500 tahun; ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa – Ibrani, Yunani, dan Aram; penulisnya dari berbagai latar belakang kehidupan, mulai dari raja sampai petani, dan Alkitab membahas berbagai persoalan. Namun, Alkitab menunjukan kesatuan, konsistensi dan kesinambungan yang menakjubkan, suatu kelogisan yang tidak mungkin dicapai oleh kemampuan manusia, jadi jelas sumber dari Alkitab ini adalah Allah sendiri.[10] Juga tidak ada buku di dunia ini dimana diterjemahkan dalam berbagai bahasa di dunia,[11] hingga saat ini tetap menjadi buku yang terlaris di dunia, tidak ada buku lain yang telah dipelajari dengan begitu cermat, yang melahirkan begitu banyak nyanyian, liturgi, renungan, khotbah, yang telah diserang habis-habisan, yang telah menggugah pembelaan agung, dll. Dr. James Orr, Editor Umum International Standard Bible Encyclopedia, dia menunjukan minat para ilmuwan terhadap buku ini (Alkitab). Hal yang membuat buku ini menarik perhatian semua orang adalah karena fakta-fakta yang menakjubkan tentang hal-hal yang diberikan oleh Alkitab inilah yang mendorong untuk terus menerus menggali kebenaran Alkitab.

 

EKSISTENSI DAN PERKEMBANGAN ALKITAB

Alkitab ditulis oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan tertentu dan yang kebudayaan maupun gagasan-gagasannya dibangun oleh lingkungan tersebut. Adapun bangsa-bangsa yang disebut di Alkitab termasuk dalam wilayah kebudayaan dimana pertanian merupakan prioritas utamanya. Palestina terletak di ujung baratdaya daerah yang dikenal dengan nama Bulan Sabit Subur yang membentuk sebuah kurva dari teluk Persia ke Mediterania/Laut Tengah menyusuri bukit di kaki gunung yang rendah mengelilingi padang gurun Syria-Arab. Saat ini yang dikenal sebagai Tanah Alkitab adalah kawasan yang meliputi negara-negara Israel dan Palestina, Lebanon, Syria, Yordania, Irak, Iran, Mesir, Sudan, Turki, Yunani, Siprus, Italisa, dan Malta.[12]

Nas Alkitab pertama kalinya ditulis di atas papirus, sejenis kertas yang diperbuat daripada pokok papyrus. Tiap helai papirus dilekatkan menjadi satu dan digulungkan sebagai skrol/gulungan. Penemuan nas Alkitab yang diberi nama sebagai “Skrol Laut Mati” dipercayai ditulis diatas papirus sekitar 125 SM di gua Qumran, adalah satu bukti yang nyata tentang kesahihan Alkitab. Perbandingan kangundan menuskrip (tulisan tangan) lengkap teks Ibrani tentang Yesaya pada skrol tersebut dengan kitab Perjanjian Lama yang ada tidak banyak perbedaan yang signifikan kecuali ejaan. Sementara Perjanjian Baru pula pernah terdokumen sebanyak 24,633 manuskrip yang bahasa asalnya ditulis dalam bahasa Yunani. Terdapat kira-kira 5,500 salinan yang masih wujud sampai sekarang. Kebanyakan manuskrip Perjanjian Baru yang terkumpul ditulis antara tahun 150-200 Masehi.[13]

Pada sisi materialnya, secara keseluruhan Alkitab merupakan buku sejarah, dan kebenaran-kebeanran agung tentang kekristenan yang didasarkan pada fakta sejarah yang diungkaplan dalam Alkitab. Adapun pernyataan-pernyataan dalam Perjanjian baru berlandaskan pada Perjanjian Lama sehingga ketepatan Perjanjian Lama merupakan hal yang penting[14]. Mengenai ketidaksalahan (iinerancy) Alkitab, Free melanjutkan “orang-orang yang percaya Alkitab tidak menganggap bahwa terjemahan Alkitab ke dalam bahasa lain adalah tanpa salah. Ratusan naskah telah diteruskan kepada pembacanya dan perbedaaan-perbedaan dalam naskah-naskah itu begitu kecil sehingga tidak satupun dari perbedaan-perbedaan itu mengubah kebenaran Kristen yang sangat penting. Naskah Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani yang masih bertahan menunjukan sangat sedikit perbedaan. Naskah-naskah tersebut telah ditulis dengan kehati-hatian yang tinggi sehingga menunjukan lebih sedikit bacaan yang beragam”.[15] Dengan demikian perbedaan yang terjadi pada setiap terjemahan tidak dapat menjadi patokan bahwa Alkitab itu merupakan karangan penulis.

 

BUKTI ARKEOLOGI MENGENAI ALKITAB

Di dalam Alkitab, senantiasa pembaca akan menjumpai nama-nama, benda-benda, dan keadaan-keadaan yang asalnya dari zaman purbakala di Palestina, Siria, Mesir, Babilonia dll. Lalu pertanyaan mengenai bagaimana rupa benda-benda yang tertulis di Alkitab itu? dll. Sebagai contoh pisau-pisau batu berasal dari bukit el’Oreme (di tepi danau Genesaret). Zaman perunggu didahului oleh zaman batu; pisau-pisau batu api ini berasal dari zaman batu yang lebih muda atau neolithicum. Pisau-pisau batu api semacam itu dipakai oleh Yosua, ketika ia mengambil pisau batu untuk menyunat orang (Yos. 5:3). Demikian juga Zipora mengambil pisau batu untuk menyunat anaknya laki-laki (Kel.4:25).[16]

Sejarah memberikan banyak bukti bahwa gambaran Alkitab tentang                  kehidupan di Mesir, Asyur, Babilonia, Media-Persia, dan lain-lain itu sesuai                   dengan kenyataan. Beberapa raja dari berbagai bangsa ini disebutkan dalam                  Alkitab, dan tidak seorang pun yang ditampilkan secara tidak sesuai dengan fakta sejarah yang diketahui tentang raja tersebut. Arkeologi juga menyajikan banyak bukti yang menguatkan catatan Alkitab. Lembaran tanah liat yang ditemukan di Babilonia berisi kisah air bah yang mengandung banyak sekali kemiripan dengan kisah Alkitab. Lembaran-lembaran Nuzi,[17] menjelaskan tindakan Sara & Rahel memberikan hamba perempuan mereka kepada suami masing-masing. Tulisan & abjad Mesir kuno menunjukkan bahwa orang sudah dapat menulis lebih dari seribu tahun sebelum masa hidup Abraham. Arkeologi juga menguatkan bahwa umat Israel tinggal di Mesir, bahwa mereka diperbudak di sana, dan bahwa akhirnya mereka meninggalkan Mesir. Lembaran-lembaran Tel-el-Amarna membuktikan bahwa kitab Hakim-hakim dapat dipercayai. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa tidak ada penemuan Arkeologi yang pernah membuktikan kesalahan dari suatu keterangan Alkitab.

Kenyataannya, lebih dari 25.000 lokasi telah ditemukan dan dokumen-dokumen yang memperkuat ketepatan dan dapat dipercayainya catatan Alkitab tentang peristiwa-peristiwa, kelompok-kelompok masyarakat, kronologis peristiwa, dan sebagainya. Penelitian Arkeologi terus berlanjut hingga sekarang, dan banyak Arkeolog sebenarnya menggunakan teks dari Alkitab untuk menolong mereka menemukan suatu tempat sejarah.[18]

Selaras dengan pandangan itu, pandangan Dr. Criswell mengenai Alkitab dan sejarahnya dengan bukti-bukti: tidak ada mujizat yang lebih besar yang ditemukan di bumi dibandingkan dengan ini, yaitu yang belum pernah digali oleh arkeolog namun telah dikonfirmasi oleh Alkitab.  Mereka telah mengadakan penggalian pada setiap gundukan tanah dan kemudian menjelaskan tentang situs kuno di dataran Fertile Crescent mulai dari Babel turun ke Mesir. Dan setiap artifact yang pernah mereka gali dan temukan, setiap potsherd (misalnya buli-buli), setiap inskripsi, setiap kuneiform,[19] setiap pecahan hieroglyphic (hierogrif),[20] semuanya itu  tanpa terkecuali justru mendukung kebenaran Alkitab. Sebelumnya mereka pernah berkata, ―Ketika Alkitab berkata: Musa menulis, itu adalah sesuatu yang “impossible”, tidak mungkin, karena pada saat itu belum ada tulisan yang ditemukan, atau pada zaman itu orang belum bisa menulis. Kemudian arkeolog mulai menggali, gundukan pasir di Mesir, mereka menggali dan menemukan lempengan-lempengan Tel El-Amarna Tablets. Kemudian di Syria bagian barat daya mereka menggali dan menemukan literatur Ugaritik di Ras Shamra. Kemudian akhirnya mereka menemukan perpustakaan yang berisi banyak Cuneiform Tablets di Ebla.  Dan sekarang kita tahu bahwa tulisan yang sudah ditemukan itu menunjukkan bahwa lebih dari seribu tahun sebelum Musa, banyak orang sudah mulai menulis.

Mengenai suku het yang diserang oleh orang skeptic bahwa suku itu tidakah nyata. Kemudia para arkeolog mulai menggali, dan mereka menemukan reruntuhan kerajaan Het ini. Kerajaan besar sebelum Mesir adalah kerajaan Het, baru kemudian kerajaan Mesir, kemudian kerajaan Babel, kemudian Asyur, kemudian Babel lagi, kemudian Persia, kemudian kerajaan Alexander atau Yunani, dan kemudian Romawi.  Namun kerajaan besar pertama yang pernah ada adalah kerajaan Het.

Mereka (orang-orang skeptik dan pengkritik) mengejek dan mentertawakan Kitab Daniel yang mencatat bahwa raja terakhir Babel adalah Belsyazar.  Mereka yakin telah memiliki bukti yang kuat bahwa catatan sejarah dalam Alkitab ini salah. Karena tidak pernah ada nama Belsyazar yang pernah hidup menjadi raja terakhir Babel. Dan mereka memiliki silinder Koresi yang mereka temukan dalam penggalian mereka. Mereka menjadikan itu sebagai bukti. Dalam daftar nama semua raja Babel yang dicatat oleh Koresy, raja terakhirnya adalah Nabonidus.  Kemudian para arkeolog mulai menggali gundukan tanah di Babel, dan mereka menemukan semua tablet yang ditulis dalam Cuneiform. Dan menemukan biografi tentang Belsyazar. Ayahnya, Nabonidus, tidak suka berada di istana, dan ia hidup di sumber air di padang gurun Arab, dan anaknya yang bernama Belsyazar yang memerintah menjadi raja di kerajaannya.

Alkitab telah membuktikan kebenarannya sendiri lagi! Lalu semua sarjana mengejek dan berkata bahwa Yohanes tidak mungkin menulis Injil keempat. Pemikiran teologinya terlalu maju bila itu ditulis pada abad pertama.  Itu tidak mungkin ditulis sebelum dua ratus lima puluh tahun setelah zaman Kristus. Dan ketika hampir semua akademisi yang tidak memiliki iman dan teolog palsu berkoar-koar, di suatu gundukan tanah di Mesir ditemukan papyrus yang ditulis kira-kira tahun 95 A.D. dan papyrus ini mengutip Injil Yohanes pasal 18.  Ilmu arkelogia akan selalu membuktikan kebenaran Firman Allah. Dan ketika para arkeolog menggali, mereka akhirnya mengetahui bahwa itu justru menguatkan kebenaran Firman Allah, yaitu Alkitab.[21]

            Beberapa contoh dari sekian banyak penemuan arkeologis yang meneguhkan keakuratan Alkitab, berupa:

1.      Catatan tentang Peristiwa:

a.       Tembok kuil Amun meneguhkan serangan raja Mesir Sisak, terhadap Israel dalam 1 Raja-raja 14:25-26

b.      Prasasti Mesa meneguhkan perlawanan Moab terhadap Israel yang dicatat dalam 2 Raja-raja 3:4-27.

c.       Tembok Istana Sargon II meneguhkan kekalahan Asdod yang dicatat dalam Yesaya 20:1

d.      Catatan tentang pemberian jatah makanan yang berlangsung di Babilonia meneguhkan penangkapan Yoyakin yang dicatat dalam 2 Raja-raja 24:15-16; 25:27-30

e.       Pembebasan tawanan Yehuda oleh Koresy Agung (mendukung Ezra 1:1-4) diteguhkan oleh Cyrus Cylinder.

2.      Tempat-tempat berlangsung berbagai kejadian:

a.       Kuin Baal di Sikhem

b.      Kolam Gibeon, Hesybon, dan Samaria

c.       Terowongan air di bawah Yerusalem yang digali Raja Hizkia

d.      Istana Raja Belsyazar yang megah di Babilonia

e.       Istana Susan yang megah (dengan kenangan kepada Ester dan Mordekhai).

3.      Beberapa Tokoh yang diteguhkan:

a.       Yehu

b.      Hazael

c.       Sargon II

d.      Esar-haddon

e.       Merodakh-Baladan

f.        Darius I

g.       Herodes Agripa I

h.      Pilatus

i.        Kayafas.

Para ilmuwan menegaskan bukti-bukti arkeologis dan filologis (ilmu bahasa) bahwa catatan Alkitab itu akurat. Penemuan arkeologis terus mencengangkan orang-orang skeptik yang menyatakan bahwa Alkitab itu penuh dengan kesalahan, padahal ia hanya memiliki pengetahuan tentang catatan Alkitab maupun pengetahuan sejarah yang sedikit.[22]

 

BUKTI INTERNAL DAN EKSTERNAL ALKITAB FIRMAN ALLAH

Sekalipun Alkitab pada dasarnya terdiri dari enam puluh enam kitab yang berbeda, ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa, dalam kurun waktu ±1500 tahun, dan oleh lebih dari 40 penulis dari berbagai macam latar belakang yang berbeda. Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi.  Kesatuan seperti ini berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakan-Nya. 

Bukti dari dalam/internal lainnya yang mengindikasikan bahwa Alkitab benar-benar Firman Tuhan dapat dilihat dalam nubuat-nubuat mendetail yang dicatat dalam Alkitab.  Alkitab mengandung ratusan nubuat yang diucapkan dengan detail baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, bangsa Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari manusia, sampai kedatangan Dia yang merupakan Mesias, Juruselamat manusia yang bukan hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya kepadaNya.  Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan dalam kitab-kitab agama lainnya, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetail dan tidak pernah tidak digenapi dan pasti akan digenapi.  Di Perjanjian Lama, ada kurang lebih tiga ratus nubuat mengenai Yesus Kristus.  Bukan saja dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa, namun juga bagaimana Dia akan mati dan bangkit pula pada hari yang ketiga (dapat dilihat pada kitab nabi Yesaya). Sama sekali tidak ada cara logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab kecuali bahwa Alkitab itu berasal dari Allah.  Tidak ada buku agama apapun yang memiliki tingkat dan tipe nubuat seperti yang dikandung dalam Alkitab. 

Selain bukti-bukti dari dalam bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, ada pula bukti-bukti eksternal (dari luar) yang menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.  Salah satu dari bukti-bukti itu adalah kesejarahan dari Alkitab.  Karena Alkitab memberikan detail dari peristiwa-peristiwa sejarah, kebenaran dan keakuratannya dapat dibuktikan sebagaimana dokumentasi historis lainnya. Melalui bukti-bukti arkeologi dan tulisan-tulisan lainnya, kisah-kisah sejarah dalam Alkitab berkali-kali dibuktikan kebenaran dan ketepatannya.  Bahkan semua bukti arkelogi dan naskah-naskah yang mendukung Alkitab, membuat Alkitab menjadi buku dari dunia kuno yang paling banyak didokumentasikan. Alkitab berkali-kali diserang dan berusaha dimusnahkan, lebih sering dibandingkan dengan buku-buku lain dalam sejarah.  Pada saat kaisar Roma seperti Diokletian, sampai para diktator komunis dan orang-orang ateis dan penganut agnostik zaman modern, Alkitab bertahan dari segala serangan dan sampai sekarang masih merupakan buku yang paling banyak dicetak.  Di sepanjang waktu, para kaum skeptik telah menganggap Alkitab sebagai mitos, namun arkeologi telah membuktikan kesejarahan Alkitab.

Para penentangnya menyerang pengajaran Alkitab sebagai primitif dan ketinggalan zaman, namun konsep dan pengajaran moral serta hukum dari Alkitab memiliki pengaruh positif terhadap berbagai budaya dan masyarakat di seluruh penjuru dunia.  Alkitab terus diserang oleh sains, psikologi, dan gerakan-gerakan politik, namun tetap benar dan relevan hari ini sebagaimana pada waktu mula-mula ditulis. Alkitab adalah kitab yang telah mengubah tak terhingga banyaknya hidup dan kebudayaan dalam 2000 tahun ini.  Bagaimanapun para penentangnya berusaha menyerang, menghancurkan atau merendahkan Alkitab, Alkitab tetap kokoh dan benar dan relevan sebelum maupun sesudah diserang.  Akurasi Alkitab yang tetap bertahan sekalipun ada berbagai upaya untuk merusak, menyerang atau menghancurkannya adalah merupakan kesaksian yang nyata bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Tidak mengejutkan bahwa bagaimanapun Alkitab diserang, Alkitab akan lolos dan tak berubah.  Bukankah Yesus telah berkata, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu” (Markus 13:31).  Setelah melihat bukti-bukti yang ada diatas, kita akan semakin diteguhkan bahwa Alkitab adalah fakta yang benar-benar terjadi, apabila banyak pertanyaan mengenai ‘kesalahan’ Alkitab, maka Alkitab itu sendiri akan menjawab baik melalui penemuan-penemuan arkeologis atau dari hal yang lain.

            Jadi, bukti bahwa Alkitab adalah fakta berdasarkan penemuan-penemuan arkeologis dan kebenaran dari sejarah dunia dari informasi yang dimuatnya menjadi bukti bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah yang ditulis oleh begitu banyak penulis dengan tempat dan waktu yang berbeda namun dengan satu sumber, yaitu Allah sendiri.

 



[1] Ibid, Joseph Free P, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 16

[2] Ibid, Robert G. Witty, Alkitab: Fakta atau Fiksi? 34

[3] S Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 573

[4] Joseph Free P, 2001, Arkeologi dan Sejarah Alkitab (Malang: Gandum Mas), 7.

[5] Robert G Witty, Alkitab: Fakta atau fiksi?, (Surabaya: YAKIN,2002), 123.

[6] Baker & Simson, 2004, Mari Mengenal Arkeologi Alkitab: Sebuah Pengantar, (Jakarta: BPK Gunung Mas) ,17

[7] Ibid, Alkitab: Fakta atau fiksi?, 145.

[8] Wikipedia, diunduh pada 25 Maret 2020

[9] Philip R Davies (2008), Memories of ancient Israel (Westminster: John Knox Press), 7, ISBN 978-0-664-23288-7

[10] Ibid, Robert G Witty, Alkitab fiksi atau fakta?, 124-125

[11] Pada awal abad ke-2, seluruh Alkitab telah diterjemahkan ke dalam 371 bahasa, Perjanjian Baru lengkap ke dalam 960 bahasa, dan bagian-bagian Alkitab ke dalam 902 bahasa dan dialek -seluruhnya 2233. Hasilnya, 90% penduduk dunia memiliki beberapa bagian Alkitab dalam bahasa ibu mereka. Lih. Robert G Witty, Alkitab: Fiksi atau dakta?, 22

[12] Daud Soesilo, 2009. Mengenal Situs-situs Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 8

[13] Michael keene, Alkitab (diterjemahkan oleh Y.Dwi Koratno), (Yogyakarta: Kanisius, 2007), 154

[14] Ibid, Joseph Free P, Arkeologi dan Sejarah Alkitab, 14-15

[15] Ibid, 17

[16] Lihat lebih lanjut, Dr. A. van Deursen, 2002, Perbakala Alkitab Dalam Kata dan Gambar dengan judul asli  Bijbels Beeldwoordenboek  (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 22

[17] Merupakan penemuan didaerah yang sekarang dikenal Irak, digali pada tahun 1925-31. Sebuah istana ditemukan yang berasal yang berasal anta abad ke-15 dan ke-14 sM dan memiliki lebih dari empat ribu lempengan tanah liat di dalam arsipnya. Kebanyakan lempengan ini merupakan dokumen resmi dan salinan kontrak-kontrak pribadi, yang meliputi pokok seperti penjualan tanah, surat wasiat, harga-harga, dan hukum keluarga (hukum pengangkatan anak, hak, waris, dsb.) Lih. Baker & Simson, 2004, Mari Mengenal Arkeologi Alkitab: Sebuah Pengantar, (Jakarta: BPK Gunung Mas) ,51

[18] Stefanus Suhare A.S., S.Th., M.A., Pembimbing Teologia Sistimatika, 20

[19] Merupakan sistem penulisan yang rumit dan hanya beberapa orang saja yang sanggup melakukannya (untuk zaman ini).  Karena aksara penulisan ini memiliki kurang lebih seribu tanda yang berbeda sekitar tahun 300sM.

[20] “hieroglif” berasal dari bahasa Yunani (hieros ‘suci’ dan glufi “ukiran’), berarti tulisan/ukiran suci.

[21] Dr. W.A. Criswell, (2006),  Kumpulan Khotbah Dr. W.A Criswell, (Tanggerang: Sekolah Tinggi Teologi Injili Philadelphia), 76- 77.

[22] Ibid, Robert G Witty, Alkitab: Fakta atau Fiksi? 40

1 komentar untuk "ANTARA KITAB SUCI DAN FIKSI: TELAAH TEOLOGIS MENGENAI ALKITAB (BAB II)"