LAPORAN BACA MANAJEMEN GEREJA
Pandangan dan Persoalan Umum
- Sikap
Gereja Pada Umumnya
1. Pandangan negatif di
antara gereja Injili
Gereja-gereja Injili sering atau
pada umumnya acuh tak acuh terhadap masalah-masalah sekitar administrasi
gereja. Karena salah pengertian terhadap administrasi gereja itu dan karena
salah pengertian tentang keberadaan dan panggilan gereja. Mereka berpikir bahwa
administrasi gereja hanya akan mengurangi energi yang sangat dibutuhkan untuk
pemberitaan Firman, dan pemborosan segala sesuatu, bahkan juga mereka
mengatakan bahwa administrasi gereja mematikan
kehidupan spiritual dari gereja dan mengubah hakikat gereja dari
persekutuan orang-orang percaya, tubuh Kristus, menjadi lembaga (institusi)
Kristen saja.
2.
Salah pengertian dari gereja-gereja non-Injili
Sebaliknya, gereja-gereja non-Injili
malahan menaruh perhatian lebih pada administrasi gereja, sehingga banyak
pendeta yang lebih mengutamakan pekerjaan administrasi (dalam pengertian yang
tidak sehat), karena:
- Pendeta merasa lebih dihargai
apabila ia sukses sebagai administrator, sering ke luar kota untuk
menghadiri rapat, seminar atau diundang menghadiri diskusi, dsb. Karena
gambaran tentang “pendeta yang sukses” sudah berubah.
- Lebih memilih pertimbangan
pribadi dibandingkan soal-soal pelayanan itu sendiri. Karena tuntutan
akan gaji yang diinginkan, jaminan hidup, dll.
- Gambaran
Tentang Pendeta Sebagai Administrator
Seorang pendeta kerap kali dipandang
dalam hal melakukan tugas administrator sebagai penyusun rencana dan program
rutin untuk jemaatnya; menghadiri rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan,
pelayanan surat-menyurat, pembuatan statistik, dll. Atau bisa disebut bahwa
seorang pendeta yang mengurusi segala-galanya. Seharusnya seorang pendeta atau
gembala adalah seorang pemimpin, ia harus memiliki atau memegang prinsip
kepemimpinan yaitu pertanggungjawaban administrasi gereja (walau terkadang
seorang pemimpin harus bisa melakukan itu sendiri) yang didasarkan pada
kebenaran firman Tuhan.
- Dua
Macam Pelaksanaan Administrasi Gereja yang ada di antara Gereja-gereja
Sekarang ini
Macam-macam pelaksanaan administrasi
gereja antara lain:
- Didasarkan pada bentuk administrasi gereja yang
biasanya diusulkan dalam buku-buku atau melalui ceramah-ceramah. Dengan
mode ini administrasi gereja akan mengalami kemudahan dalam hal penyusunan program yang lengkap
untuk setiap kegiatan yang akan diadakan di dalam gereja. Tentu ada hal
positif-negatifnya dari pola pelaksanaan ini, untuk para pemimpin
gereja dapat pertimbangkan.
- Yang
didasarkan pada prinsip-prinsip administrasi yang benar. Walau sudah
banyak gereja yang menggunakan prinsip yang benar dalam administrasi
gereja, tetap saja ada hal-hal yang menghambat pertumbuhan dan kehidupan
gereja. Misalnya saja dari segi negatifnya ketika pemimpin gereja
betul-betul mengerti tugasnya, maka ide dan usulannya seringkali menjadi
satu-satunya ukuran dan standar untuk seluruh kehidupan pelayanan gereja,
atau disebut gejala “narcissistis” (gejala
pemimpin yang mengikat orang lain bergantung pada dirinya terus menerus). Namun, tentunya banyak hal
positif yang dapat diambil dari pola pelaksanaan ini.
Pada intinya pelaksanaan adminitrasi
gereja akan berjalan dengan baik sesuai dengan penyusunan program yang lengkap
dan didasari dengan firman Tuhan adalah dengan memadukan kedua prinsil diatas.
Pasal II
Teologi: Dasar-Dasar Administrasi
Gereja
Tujuan membahas teologi kali ini
hanya mengingatkan betapa administrasi[1] gereja
sangat bergantung pada teologi. Teologi seorang pemimpin gereja tentang hakikat
dan panggilan gereja sangat menentukan administrasi gereja yang dipimpinnya.
Karena administrasi gereja adalah pertanggungjawaban pemimpin gereja dalam
menyediakan wadah yang tepat di mana inkarnasi firman itu menjadi kenyataan
atau bisa disebut sebagai menentukan dan menetapkan (atas dasar pengertiannya
tentang hakikat dan panggilan gerja) apa tujuan misi gereja, kemudian
menyiapkan jalan untuk mencapai tujuan itu.
Administrasi gereja tanpa teologi
adalah administrasi yang sekular dan tanpa arah. Teologi tentang keberadaan dan
panggilan gereja (nature dan missi) adalah dasar-dasar utama dari administrasi
gereja. Administrasi gereja yang benar paling tidak harus dibangun atas teologi
yang dikembangkan dari dua perngertian yang benar tentang hakikat gereja.
1.
Gereja adalah
persekutuan dari orang-orang yang dipilih Allah.
Dalam Alkitab dasar utama dari
berdirinya gereja adalah kepemilikan Allah. Sebab Allah memilih orang-orang
untuk diselamatkan, dan dipersiapkan untuk mengerjakan misi Allah di bumi.
Keunikan dari gereja itu adalah karena Allah yang berinisiatif untuk
mempersatukan manusia dengan diriNya melalui Yesus, Allah menyucikan gereja
(Ul. 7:7-8; Kel. 15:13, 16; Mzm. 77:15-16; Kis. 20:28; Kel.33-35) dengan
caraNyamenyucikan umat Israel. Allah ynag memberkati dan memperlengkapi gereja
(Kej.12; Mat.28:2; Yoh.10:10b; 14:16, Yak. 1:17-18) baik itu penyertaanNya
,berkat untuk melayani maupun jasmani, dan Allah yang mengutus gereja supaya
menjadi berkat (Kej. 12:2-3; II Kor. 5:17-18; Ef. 2:10, dsb.)
Karena pemilihan Allah itu, gereja
harus bergantung pada Allah, dan dapat mengekspresikan iman dengan cara
bersaksi, bersekutu, dan melayani.
2.
Gereja Sebagai Tubuh
Kristus
Teologi yang benar adalah dengan
pengertian tentang hubungan[2]
antara gereja dengan Kristus (1 Kor. 12; Rm.12; Ef.1:4). Agar dapat memusatkan
administrasi itu pada Kristus sebagai kepala dengan cara menolong orang percaya
mengenal Alkitab secara benar, walau itu adalah pekerjaan berat. Dan tidak lupa
juga untuk menjadikan kehidupan gereja sebagai tubuh Kristus itu nyata dalam
hal kesatuan (1 Kor.12; Rm.12; Ef. 4, dsb).
Administrasi gereja harus selalu
waspada supaya apa yang diusulkan tidak menjadi hambatan bagi pekerjaan
penyataan dari Roh Allah. Maka gereja harus memperhatikan bahwa setiap anggota
tubuh itu penting (1 Kor.12:21-22), masing-masing anggota terikat satu dengan
yang lain, semua karunia berasal dari Roh yang sama, dan semua disatukan dalam
kasih (Yoh.13:35).
Pasal III
Strategi: Sikap Gereja Dalam Menyatukan
Sistem Pertanggungjawaban Administrasi Gereja.
Disamping teologi, strategi
merupakan aspek yang sangat penting untuk memperbaharui dan mambangun
administrasi gereja. Maka fleksibilitas adalah unsur yang sangat penting dalam
menjalankan administrasi gereja. Dengan melihat dan belajar dari Alkitab
mengenai strategi gereja, terlebih belajar dari gereja mula-mula:
1. Gereja apotolik memegang
enam prinsip sebagai system pertanggungjawaban administrasi gereja mereka:
a. Pemilihan oleh segenap
anggota jemaat (popular election), anggota jemaat diikutsertakan dalam memilih
dan menilai apakah orang-orang tertentu memenuhi syarat-syarata seperti tertera
dalam 1 Tim. 3 dan Titus pasal 1[3].
Prinsip-prinsip popular election juga diterapkan dalam pemilihan
pejabat-pejabat gereja yang lain, msialnya diaken-diaken (Kis. 6).
b. Persamaan antara bishop
dan tua-tua, dalam gereja apostolik, ternyata jabatan tua-tua tidak berbeda
atau sama saja dengan pendeta (bishop).
c. Lebih dari satu tua-tua
jemaat lokal, sebab gereja tidak boleh dikuasai dan diperintahkan oleh satu
orang, siapapun dia, kecuali Kristus Yesus. (lih. Kis.14:23; 20:17, dsb.)
d. Penahbisan jabatan
gereja dilakukan oleh banyak tua-tua, (1 Tim.4:14; Kis. 13:1-3, dsb)
e. Kekuasaan untuk
memutuskan sesuatu adalah kekuasaan bersama (rapat, sidang), misalnya di dalam
Kis. 15 sidang di Yerusalem, yang membahas mengenai persoalan teologi. Dan
dapat dilihat juga bhwa semau unsur jemaat diikutsertakan, dan dari keputusan
itu ada kepatuhan.
f.
Kristus adalah kepala gereja, sebab pemimpin gereja tidak punya
kuasa atas iman jemaat, sebab mereka hanya bertugas sebagai penolong dan
pelayan (II Kor.1:24), hanya Yesus kepala gereja (Ef. 5:23; Kol.1:18, dsb)
2. Gereja masa Kini
berpegang pada 3 prinsip dalam menentukan strateginya
a. Kristus adalah kepala
gereja,
b. Tua-tua adalah pemimpin
organisasi gereja[4],
c.
Fleksibilitas, yaitu ketentuan yang sesuai dengan kebutuha ndan
kondisi-kondisi gereja setempat.
PASAL IV
Perencanaan (Planning) Seluruh
Kegiatan Gereja
Perencanaan seluruh kegiatan gereja
harus berdasarkan teologi yang benar tentang hakikat dan pelayanan gereja,
ternyata masih banyak gereja yang gagal untuk membangun dan menghidupkan
gerejanya, bahkan kegiatan atau program positif yang dilakukan hanya menjadikan
gereja sebagai timbunan sampah aktivitas.
Gereja ada untuk: mempersiapkan
mereka untuk melayani, dna melibatkan mereka dalam pelayanan. Karena mereka
adalah orang-orang yang dipilih Allah sebagai kawan-kawan sekerjaNya (Ef.2:10).
Gereja juga adalah partner Allah dalam melengkapi orang-orang percaya dengan
tujuan keselamatan. Lima fase dalam keselamatan yang harus dialami oleh setiap
orang percaya adalah: kelahiran baru, Pertobatan, Pembenaran, dan pengangkatan
menjadi Anak Allah, Penyucian, dan pemuliaan. Yang hanya bisa dilakukan oleh
Allah, gereja hanyalah sebagai partner yang menyediakan segala sesuatunya untuk
tujuan Allah itu.
Gereja melindungi dan menolong
umatNya mengalahkan hambatan-hambatan dalam pertumbuhan mereka. Sebab hambatan
dari dalam (dosa yang berasal dari dalam dirinya sendiri)[5] dan dari
luar (iblis) yang dialami oleh orang percaya. Untuk itulah gereja didirikan,
yaitu untuk memperingatkan bahwa perlengkapan senjata Allah hanya dapat dipakai
oleh lascar-laskar Kristus yang berdiri tegap siap bertempur melawan iblis[6].
Yang harus masuk dalam perencanaan
gereja juga adalah menolong jemaat untuk terus bertumbuh dalam keselamatan
supaya mereka makin berlayak untuk menjadi kawan-kawan sekerja Allah. Dalam hal
ini gereja harus membedakan antara kegiatan dan program yang primer (merangsang
proses pertumbuhan keselamatan anggota jemaat) dan sekunder (membantu program
primer). Melalui program gereja yang terencana (II Ptr.1:5-7), gereja akan
menolong menjernihkan panggilan Allah pada setiap orang percaya (II Ptr.1:10),
berarti pula menolong mereka untuk bertumbuh dalam keselamatan yang benar (II
Ptr.1:8-9, bdk Ibr.5:11-6:8 dan I Kor.10:1-13). Untuk itu perlu adanya
keseimbangan dari iman dan perbuatan, langkah untuk mengatasi itu sesuai dengan
II Petrus 1:5-7, adalah:
1. Menambahkan iman dengan
kebajikan (virtue)
2. Menambahkan kebajikan
dengan pengetahuan (knowledge)
3. Menambahkan pengetahuan
dengan penguasaan diri (temperance)
4. Menambahkan penguasaan
diri dengan kesabaran (patience)
5. Menambahkan kesabaran
dengan kesalehan (godliness)
6. Menambahkan kesalhean
dengan kasih akan saudara-saudara (brtherly
kindness)[7]
7.
Menambahkan kasih akan saudara-saudara dengan kasih akan semua
orang (charity)
Pasal V
Pelaksanaan Praktis dari
Administrasi Gereja
Walaupun sudah mengenal ketiga aspek
yang maha penting, yaitu teologi, strategi, dan perencanaan, sebenarnya masih
ada orang yang merasa tidak cukup, karena tanpa contoh-contoh. Berikut
contoh-contoh pelaksanaan praktis dari administrasi gereja:
1.
Langkah-Langkah Dalam Proses Administrasi
Sering kali dalam gereja mengalami
kesuaman, bukan karena kegiatan khusus untuk meningkatkan kerohanian hidup
jemaat tidak ada, namun sebenarnya karena sering kali gereja melupakan tanggung jawab administrasi, yaa
disamping pendeta atau pemimpinnya kurang rohani. Untuk mengantisipasi hal itu,
ada lima langkah sebagai pertanggungjawaban administrasi yang harus
diperhatikan dalam setiap program dan aktivitas gereja, dan langkah itu dapat
berlanjut apabila langkah sebelumnya dapat dicapai.
- Mengenali kebutuhan yang ada
(mengenali adanya kebutuhan-kebutuhan yang konkret dalam jemaat: pemimpin
gereja mengerti tentang konkretnya kebutuhan itu, jemaat mengerti tentang
konkretnya kebutuhan itu, seluruh jemaat merasakan konkretnya kebutuhan
itu).
- Perencanaan (pemimpin-pemimpin
gereja harus sadar, bahwa selain sebab adanya kebutuhan yang konkret yang
sesuai dengan keberadaan dan panggilan gereja, maka perencanaan suatu
program jangan dilakukan karena gereja lain juga punya program serupa,
karena sejak semula gereja sudah memiliki program itu, dan usul-susul
pribadi atau dua orang tentang perlunya program itu. namun harus
diperhatikan bahwa: tidak semua kebutuhan yang real dapat segera
direncanakan[8],
mengikutsertakan jemaat dalam perencanaan, dan mempertimbangkan setiap
detail dari perencanaan.
- Pengorganisasian, tiga hal
yang penting dalam pengorganisasian adalah: apa hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mengkonkretkan rencana; kapan rencana itu dapat segera
dimulai, kapan panitia atau komisisi dapat mulai bekerja; dan siapa yang
bertanggung jawab, apakah seluruh majelis? apakah panitia? Apakah
komisis? Dan bagaimana memilih orang-orang yang tepat.
- Perangsangan, seorang pemimpin
gereja tidak boleh lepas tangan begitu saja, namun terus menerus dapat
mendorong dan merangsang kerja setiap personel. Karena dalam melakukan
pekerjaan Tuhan, sukacita, dan
semangat bekerja seringkali lebih penting daripada rasa tanggung jawab itu sendiri
(Tuhan tidak memakai orang-orang untuk mengerjakan ladangNya dengan
terpaksa) mungkin dengan contoh sederhana untuk merangsang setiap
personel itu seperti: secara resmi mengangkat mereka di muka jemaat,
setiap bulan mengundang mereka untuk bertamah-tamah dalam suasana
informal, dan memberikan penghargaan-penghargaan yang disampaikan secara
resmi pada tiap-tiap personel setiap akhir tahun.
- Pengevaluasian, langkah ini
dilakukan untuk menciptakan suatu diskusi
terbuka untuk program yang sedang dan telah dilaksanakan, demi untuk suatu yang lebih baik. Dan hal
yang penting juga adalah mengikutsertakan jemaat terus menerus sejak
permulaan dengan setiap kali memberikan informasi yang lengkap tentang
perkembangan, kemajuan, kesulitan dan kebutuhan-kebutuhan sekitar program
itu. dan pemimpin gereja harus berpegang pada prinsip “keberadaan dan panggilan” gereja
jikalau ingin evaluasi selalu terarah untuk kemajuan gereja dan kemuliaan
nama Tuhan.
2.
Menyusun Program Kerja Tahunan
Gereja adalah tubuh Kristus, setiap
kegiatan harus mempunyai tujuan dan arah yang sama. Jadi, program kerja tahunan
perlu dibuat oleh majelis bersama dengan pemimpin/pengurus tiap komisi, supaya
betul-betul tiap komisi menjadi alat yang membantu majelis dalam membangun
tubuh Kristus itu. Untuk melaksanakan itu, yang perlu dilakukan adalah
menentukan waktu untuk menyusun program kerja tahunan (lebih baik pada awal
tahun); mengevaluasi, menyeleksi, dan memperbaharui perencanaan kerja setiap
komisi; pengaturan pemakaian ruangan-ruangan di kompleks gereja; dan memakai
tiga sumber materi bersama-sama menyusun program kerja tahunan: a) kegiatan
rutin, b) kegiatan khusus, c) kegiatan umum.
3.
Prinsip-Prinsip Memimpin Rapat Atau Persidangan-Persidangan
Gerejawi
Karena Gereja berbeda dengan
organisasi-organisasi yang lain, maka oleh karena itu, rapat-rapat yang
diadakan gereja harus memiliki prinsip dan keunikannya tersendiri. Janji Tuhan
Yesus dalam Matius 18:20 menjadi motto dari setiap rapat gerejawi, yaitu
membutuhkan kehadiran RohNya yang menyatukan setiap individu dalam kasih agape.
Sebagai persekutuan tubuh Kristus.
Rapat gerejawi harus ditandai:
●
Adanya persekutuan doa dan kesadaran akan kehadiran Roh Allah yang
mengotrol seluruh suasana rapat.
●
Adanya pesanan yang sentral dari firman Allah yang mengarahkan
setiap pokok pembicaraan dalam rapat.
●
Perlunya mengerti dan mengenal peraturan-peraturan gereja, tempat
dimana melayani
●
Perlunya mengerti dan mengenal peraturan-peraturan rapat gerejawi
pada umumnya.
●
Perlunya mengerti bagaimana menciptakan suasana interaksi rapat
yang penuh kasih.
4.
Menyimpan Arsip Gerejawi
Menyimpan dan memelihara arsip
adalah pekerjaan yang sangat penting yang menjadi tanggung jawab administrasi
yang tidak boleh diabaikan. Penyimpanan dan pemeliharaan arsip adalah bukti
sampai dimana gereja itu sudah mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada
Tuhan. Karena disiplin dan ketertiban adalah sifat gereja yang sehat.
a. Apa yang perlu
diarsipkan?
-
Oleh gereja 🡪 aporan-laporan hasil keputusan persidangan
klasis dan sinode, dokumen-dokumen gereja, surat-surat masuk keluar, kumpulan
lagu-lagu gerejawi, kumpulan khotbah-khotbah atau ceramah atau bahan-bahan
pengaderan yang pernah dibawakan di gereja itu, dan data-data keanggotaan
gerejawi.
-
Oleh pendeta/pengijil (arsip pribadi) 🡪 surat masuk keluar
(khususnya dalam hubungan dengan pelaynannya keluar), khotbah-khotbah, kliping,
hasil keputusan rapat, dan catatan pelayanan konseling (baik itu
perorang/perkasus/atau satu file tersendiri)
b. Bagaimana mengarsipkan?
-
Memilih satu system penyimpanan arsip yang sesuai dengan kondisi
jemaat atau pendeta itu (yang utama aman, rapid an mudah dipergunakan)
-
Menurut abjad, subyek ataupun kronologis
-
Dalam lemari/kotak yang terkunci khusus untuk file.
-
Dikerjakan oleh sekretaris gereja atau majelis secara “sukarela”.
5. Istilah-Istilah yang
sering dipakai dalam administrasi
-
Akta =
risalah/notulen
-
Apel nominal =
pencatatan daftar hadir dalam persidangan
-
Aklamasi =
kesepakatan/persetujuan bersama yang terjadi dalam suatu persidangan
-
Credensi =
surat keterangan dari yang mengutus (majelis klasis) kepada persidangan,
tentang orang-orang yang menjadi wakil-wakil resmi mereka dalam persidangan
itu.
-
Diaken =
salah satu jabatan gerejawi yang dikhususkan untuk menangani bidang pelayanan
diakonia.
-
Deputat =
panitia-panitia yang dibentuk untuk mengerjakan keputusan-keputusan sidang dan
melaporkan hasilnya dalam sidang berikutnya.
-
Klasis =
persidangan dari utusan-utusan gereja-gereja yang mempersatukan diri dalam satu
klasis.
-
Konvokator =
seorang yang bertugas mengundang rapat.
-
Lobbying =
percakapan-percakapan tidak resmi di luar persidangan yang resmi.
-
Moderator = orang
yang memimpin dan menengahi percakapan dalam persidangan-persidangan dan
menyimpulkannya. Dia adalah ketua persidangan.
-
Primus =
utusan-utusan gereja/klasis yang mempunyai hak suara dalam persidangan
-
Pleno/ paripurna = sidang
lengkap, dihadiri oleh seluruh peserta.
-
Praeses =
ketua sidang.
-
Porta verifikasi =
panitia yang bertugas memeriksa laporan keuangan
-
Pendeta emetirus = pendeta
yang sudah menyelesaikan masa jabatannya karena usia.
-
Proponent =
calon pendeta pada umumnya.
-
Quorum =
memenuhi jumlah yang ditentukan dalam suatu persidangan
-
Siasat =
displin yang dipegang oleh majelis gereja untuk memurnikan kehidupan gereja
dari dosa demi untuk kemulian nama Tuhan saja.
-
Sinode =
persidangan dari utusan klasis-klasis yang mempersatukan diri dalam satu
sinode.
-
Secundus =
utusan cadangan dalam persidangan. Mereka tidak memiliki hak suara, kecuali
diminta.
6.
Penyelesaian Masalah-Masalah Administrasi Gereja
[1] Kata “administration” berasal dari akar
kata “administer” atau kata Latin “administrare”, yang artinya tidak lain
daripada Melayani. Jadi, administrasi
itu hanya alat yang dipakai untuk melayani tujuan dari organisasi atau gereja
itu. oleh karenanya seorang administrator harus lebih daripada seorang
eksekutif yang hanya melaksanakan progam yang sudah dibuat oleh orang lain. Ia
tidak seharusnya tenggelam dalam kesibukan-kesiubukan administrasinya, karena
ia terus-menerus dalam kebebasannya mengecvaluasi dan mengarahkan semua
kegiatan itu supaya tetap sesuai dengan tujuan utama dari organisasi itu.
[2] Hubungan yang digambarkan mengenai
kedekatan Kristus dengan gereja sering di analogikan seperti hubungan suami
istri (Ef.5:22-24; Why. 21:2; Mat. 25:1-3), dan hubungan antara anggur dan
carang-carangnya (Yoh.15)
[3] Dala gereja-gereja apostolik ada empat
jabatan gereja: Rasul, Pekabar Injil/evangualist, Bishop/tua-tua/pendeta/guru,
dan diaken.
[4] Catatan, diaken-diaken tidak termasuk
pemimpin gereja.
-
Pendeta
dan tua-tua tidak hanya pelayanan dalam sakramen, namun juga memberitakan
firman Tuhan dan mengajar, berapologetika, menjadi teladan, melengkapi jemaat
untuk pelayanan dan kesaksian mrk, menggembalakan, menegur/menyatakan apa yg
salah, menajdi contoh sebagai domba Allah.
-
Penginjil,
menjadi penginjil dalam arti membantu tua-tua gereja itu dlm menggerakan dan
menangani proyek gereja tertentu.
-
Misionaris,
adalah tenaga yg diperbantukan dari jemaat lain (gereja seasas di luar negeri).
[5] Untuk ini gereja harus mengutamakan
pelayanan conselingnya (baik dari pendeta, maupun kelompok), disamping memakai
khotbah, ceramah-ceramah etika, PA, persekutuan doa, dsb.
[6] Yaitu dengan membuat program yang bisa
menolong anggota jemaat untuk tetap berdiri tegap, siap bertempur, siap memakai
senjata rohani (Ef.6)
[7] CATATAN: perlu diingat bahwa pemimpin itu
harus dapat menjadi contoh dan teladan dalam hal membuat program yang digunakan
sebagai alat.
[8] Harus menyeleksi mana yang dapat
diprioritaskan, dan memformulasikan.
Posting Komentar untuk "LAPORAN BACA MANAJEMEN GEREJA"