Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DEFINISI NABI DAN KRITERIA NABI

 2.1. Definisi Nabi

Nabi adalah orang yang dipanggil Allah untuk menjadi wakil-Nya di bumi, ketika seorang nabi berbicara bagi Allah merupakan menyampaikan apa yang hendak Allah katakan. Nabi merupakan saksi khusus bagi Kristus yang bersaksi tentang keilahian-Nya dan mengajarkan firman-Nya. Nabi mengajarkan kebenaran dan menafsirkan firman Allah, dia memanggil orang yang tidak saleh ke dalam pertobatan. Nabi menerima wahyu dan arahan dari Tuhan untuk melihat ke masa mendatang dan meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi agar dunia untuk diperingatkan. 

Nabi adalah seseorang yang mendapat nubuatan dari Tuhan. Nabi umumnya diartikan  sebagai  seseorang  yang berbicara atas nama Tuhan dan menyampaikan apa yang dipesankan Tuhan kepada manusia. Baik itu peristiwa yang sudah lampau maupun yang akan datang. Sehingga dapat disimpulkan nabi adalah seorang yang diilhami atau dikaruniai Tuhan untuk memberikan nubuat, berkhotbah menyampaikan pesan , petunjuk, perintah Tuhan dan kehendak-Nya kepada umat-Nya ( 1 Korintus 14:37; 1 Raja-Raja 22:7).

Dalam pemahaman Yahudi ada dua jenis nabi yaitu nabi-nabi awal dan nabi-nabi yang terkemudian. Nabi-nabi awal, dalam tradisi Yahudi dan Kristen, nabi adalah pemimpin umat yang dipanggil Allah untuk memperingatkan setiap orang yang menyimpang dari perintah-perintah Allah. Umumnya tradisi kenabian baru dianggap setelah nabi Samuel, hakim terakhir yang memimpin bangsa Israel sebelum munculnya monarkhi. Namun ada anggapan dari beberapa teolog sepakat   kenabian dimulai sejak masa Yosua yang muncul sebagai pengganti Musa dan memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Samuel, Natan, Elia, dan Elisa dianggap sebagai nabi-nabi awal. Nabi-nabi yang kemudian, yang digolongkan ke dalam nabi-nabi yang kemudian adalah mereka yang disebut nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil.

Sebutan nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil tidak ada hubungannya dengan peranan, kedudukan, ataupun status nabi-nabi tersebut. Istilah ini diberikan kepada mereka hanya dalam kaitannya dengan dengan kitab-kitab mereka. yang termasuk nabi-nabi besar adalah Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel, umumnya panjang-panjang, dan pasal-pasalnya relatif lebih banyak daripada kitab nabi-nabi kecil. Sementara nabi kecil adalah kitab-kitab mereka yang singkat-singkat, yang termasuk nabi-nabi kecil adalah Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mika, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi. Nabi-nabi besar dan nabi-nabi kecil dapat dibagi menjadi lima kurun waktu yaitu:

Masa mula-mula (845-800 SM): Obaja, Yoel, Dan Yunus

a.                   Sebelum masa penawanan Israel (760-722): Amos dan Hosea kepada Kerajaan Utara; Yesaya dan Mikha Kepada kerajaan Selatan

b.                  Sebelum sama  penawanan Yehuda (627-586 SM): Zefanya, Nahum, Habakuk, Yeremia

c.                   Masa pengasingan (593-536 SM): Yehezkiel dan Daniel

d.                  Masa pemulihan (536 SM): Hagai, Zakharia, Maleakhi

Menurut pemahaman Kristen tradisi Yahudi  tidak menggolongkan kitab Daniel kedalam kategori Kitab Nabi-nabi (nebihim), melainkan dalam kategori Tulisan atau Sastra (ketubim), namun dalam gereja-gereja lain ada juga yang memasukkan kitab ini ke dalam golongan kitab nabi-nabi. Sebagai aliran Kristen memahami nabi sebagai orang yang meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang jauh ke depan. Kitab Daniel, sering ditafsirkan dan dihubungkan dengan ramalan-ramalan tentang akhir zaman.

2.2. Kriteria Nabi 

Seorang bukan sekedar pemimpin agama dalam sejarah Ibrani, tetapi seseorang yang dirinya telah dimiliki dan dikuasai oleh Roh Allah dan Firman Allah  (Yehezkiel 37:1,4). Karena di dalam dirinya ada Roh dan Firman , nabi Perjanjian Lama mempunyai tiga ciri sebagai berikut:

a.                   Pengetahuan yang dinyatakan secara ilahi. Seorang nabi menerima pengetahuan yang diberi Allah mengenai orang, peristiwa, dan kebenaran penebusan. Tujuannya adalah  mendorong umat Allah agar tetap setia kepada Allah dan perjanjian-Nya. Ciri khas nubuat Perjanjian Lama yang menonjol ialah bahwa kehendak bagi bagi umat-Nya dijelaskan melalui ajaran, teguran, dan peringatan. Allah memakai para nabi untuk menyatakan hukuman-Nya sebelum itu terjadi.

b.                  Kuasa yang diberikan secara ilahi. Para nabi tertarik kedalam lingkaran ajaib ketika dipenuhi dengan Roh Allah. Melalui para nabi, kuasa dan hidup Allah ditunjukkan secara adikodrati ditengah-tengah dunia yang pada umumnya tertutup bagi semua

c.                   Gaya hidup khusus. Pada umumnya nabi-nabi meninggalkan kegiatan kehidupan sehari hari yang biasa untuk hidup semata-mata bagi Allah, mereka dengan gigih menentang penyembahan berhala, kebejatan, dan bermacam-macam kejahatan di antara umat Allah.

Ada juga beberapa ciri khas nabi Perjanjian Lama yaitu antara lain sebagai berikut:

a.                   Seseorang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah dan menjadi orang kepercayaan-Nya ( Amos 3:&). Nabi memandang dunia dan umat perjanjian dari segi pandangan Allah bukan dari segi pandang manusia

b.                  Karena dekat dengan Allah, seorang nabi sependapat dengan Allah dan ikut merasakan penderitaan Allah karena dosa-dosa umat; karena seorang nabi memahami maksud, kehendak, dan keinginan Allah lebih daripada orang lain. Ia mengalami reaksi-reaksi emosi yang sama dengan Allah. Dengan kata lain,  sang nabi bukan hanya mendengar suara Allah tetapi ikut juga merasakan perasaan hati-Nya (Yeremia 6:11, 15:16-17, 20:9)

c.                   Nabi sangat mengasihi umat Allah seperti Allah, ketika umat menderita hati nabi itu juga pedih (Ratapan). Nabi menginginkan yang terbaik dari Allah untuk mereka (yehezkiel 18:23), dan demikian ceritanya mengandung bukan hanya peringatan tetapi juga kata-kata harapan dan hiburan

d.                  Seorang nabi mencari yang terbaik bagi umat, yaitu kepercayaan penuh pada Allah dan setia kepada-Nya; oleh karena itu, ia mengingatkan untuk tidak mengandalkan hal-hal yang lain, seperti hikmat manusia, kekayaan, dan kuasa atau dewa-dewa lain (Yeremia 8:9-1; Hosea 10:13-14; Amsal 6:8). Para nabi senantiasa mendorong umat untuk hidup sesuai dengan tuntunan perjanjian Allah supaya menerima berkat-berkat penebusan-Nya

e.                   Seorang nabi sangat peka terhadap dosa dan kejahatan (Yeremia 2:12-13; 25:3-7, Amos 8:4-7, Mikha 3:8). Seorang nabi tidak sabar terhadap kekerasan, kejahatan, kebejatan, ketidakadilan, apa yang rakyat biasa mungkin anggap sebagai penyimpangan yang kecil terhadap hukum Allah dipandang sebagai malapetaka oleh sang nabi. Seorang nabi tidak sabar dengan kompromi, rasa puas diri, kepura-puraan, dan dalih-dalih mereka (Yesaya 32:11; Yeremia 6:20, 7:8-15, 21-23; Amos 4:1, 6:1) lebih dari orang lain seorang nabi turut merasakan kasih Allah akan kebenaran dan kebencian-Nya akan kefasikan (Ibrani 1:9)

f.                    Seorang nabi senantiasa manantang kekudusan dangkal dan lahiriah dari umat Allah dan dengan susah payah berusaha mendorong ketaatan sungguh-sungguh kepada setiap firman Allah yang telah dinyatakan dalam hukum-Nya. Seorang nabi sepenuhnya berabdi kepada Allah, juga membenci komitmen yang tanggung-tanggung, mengelak jalan tengah dan menuntut ketaatan mutlak kepada Allah. Ia tidak mau menerima kurang daripada kepenuhan kerajaan Allah dan kebenaran-Nya diwujudkan di antara umat Allah.

g.                  Seorang nabi mempunyai visi tentang masa depan terungkap dalam berbagai nubuat mengenai kebinasaan dan malapetaka (Yesaya 63:1-6; Yeremia 11:22-23, 13:15-21; Yehezkiel 14:12-21; Amos 5:16-20,27) dan berbagai visi tentang pemulihan dan pembaharuan (Yesaya 61:1-62,12; Yesaya 65:17-66-24; Yeremia 33:1-26; Yehezkiel 37:1-28). Para nabi menyampaikan banyak nubuat tentang kedatangan Mesias

 

Berita para nabi menekankan tiga tema utama:

a.                   Sifat Allah, (i) memberitakan Allah sebagai Pencipta dan Penguasa yang maha kuasa atas sejarah, yang membuat semua peristiwa di dalam sejarah bekerja bagi maksud-maksud pokok keselamatan dan pehakiman-Nya (Yesaya 44:28, 45:1; Amos 5: 5:27; Habakuk 1:6). (ii) menekankan bahwa Allah adalah kudus, benar dan asil yang merasa jijik melihat dosa, ketidakbenaran, dan ketidakadilan, karena kekudusan-Nya diperlembut oleh kemurahan-Nya, maka Allah sabar dan lambat bertindak dalam murka dan hukuman. Karena sifat Allah itu kudus adanya, Allah menuntut agar umat-Nya dipisahkan sebagai kudus bagi Tuhan (Zakaria 14:20; Yesaya 29:22-24;Yeremia 2:3) 

b.                   Dosa dan pertobatan, para nabi Perjanjian Lama ikut sedih dengan Allah atas ketidaktaatan, ketidaksetiaan, penyembahan berhala, dan kebejatan yang terus menerus dari umat perjanjian-Nya. Para nabi menubuatkan hukuman-hukuman seperti kebinasaan Samaria oleh Asyur (Hosea 5:8-12, 9:3-7, 10:6-15), kebinasaan Yerusalem oleh Babel  (Yeremia 19:7-15, 32:28-36; Yehezkiel 5:5-12)

c.                   Nubuat dan pengharapan akan Mesias, (i) sekalipun umat perjanjian itu secara keseluruhan tidak setia kepada Allah dan sumpah-sumpah perjanjian mereka, para nabi tidak pernah berhenti memberitakan berita pengharapan. Mereka tahu bahwa Allah akan menggenapi perjanjian dan janji-jan-Nya dengan Abraham, melalui kaum sisa yang setia dan takut akan Allah. Pada akhirnya Mesias akan datang, dan melalui Dia Allah akan menawarkan keselamatan kepada seluruh umat manusia.(ii) para nabi berdiri di antara reruntuhan rohani angkatan mereka dan munculnya pengharapan akan zaman Mesias. Hal yang sering dialami nabi adalah mereka harus memberitakan firman Allah kepada umat yang keras kepala, yang walaupun mereka tahu bahwa firman itu akan ditolak dan tidak diperhatikan  hingga suatu angkatan baru tiba (Yesaya 6:9-13). Para nabi itu adalah pejuang Perjanjian Lama dan sekaligus pelopor Perjanjian Baru. 

 

Posting Komentar untuk "DEFINISI NABI DAN KRITERIA NABI"