Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEMBAHANSAN MENGENAI PENGARUH KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG DALAM IBADAH TERHADAP PERTUMBUHAN KEROHANIAN JEMAAT




BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Gembala Sidang

            Istilah Gembala dalam Bahasa Inggris Shepherd yang berarti domba, sedangkan Ibrani kuno ra’ah yang artinya memberi makan. Kata “gembala” dalam Bahasa Latin ialah “pastor” dan dalam Bahasa Yunani “poimen”. Gembala dikenal sebagai orang yang memberi makan, memelihara kehidupan, penjaga, pembimbing dan banyak lagi.

Gembala Sidang adalah orang atau dapat ditujukan kepada individu yang membantu atau memelihara orang lain, pembimbing orang lain, pemberi makan (baik itu jasmani ataupun rohani) yang tujuannya adalah sebagai contoh yang memperlihatkan kepedulian yang penuh kasih sayang. Juga gembala sidang adalah seseorang yang mengemban tanggung jawab sebagai seorang pemimpin jemaat dalam bidang moral dan kerohanian. Jadi Gembala Sidang adalah seorang yang mengemban jabatan yang dapat memberi perhatian, kepedulian, dan kasih sayang kepada jemaat yang dipimpinnya supaya dapat diberi makan dan mendapat pertumbuhan kerohanian dan moral. Seorang gembala memiliki tanggung jawab utama, yaitu mengajar firman Allah dan itu harus dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

Definisi Kepemimpinan

            Pengertian kepemimpinan secara Umum, dalam Bahasa inggris kepemimpinan itu disebut leader dengan akar katanya to lead. Dalam KBBI pengertian kepemimpinan adalah suatu cara yang dilakukan seorang pemimpin untuk data mencapai tujuan yang ditetapkan, John C Maxwell menyatakan kepemimpinan adalah “pengaruh” yaitu kemampuan untuk mendapatkan pengikut namun tidak bersifat memaksa, Myles Munroe mendefinisikan kepemimpinan adalah kapasitas untuk mempengaruhi orang lain melalui insipari yang dimotivasi oleh suatu hasrat yang dibangkitkan oleh suatu visi, yang dihasilkan oleh suatu keyakinan, yang dinyatakan oleh suatu tujuan. Terlebih lagi sebagai pemimpin Kristen yang harusnya memiliki visi dan ambisi yang mulia seperti yang disampaikan oleh rasul Paulus, yang berasal dari Allah dan untuk memuliakan nama Allah. Seorang pemimpin harus stabil, rohani dalam pandangannya dan tidak mencari kedudukan lebih dari memberi pengaruh, pemimpin, terlebih lagi seorang pemimpin rohani atau gembala sidang bisas menyadari bahwa ia dipilih Tuhan untuk membimbing atau menuntun jemaat dengan Firman Tuhan untuk melaksanakan kehendak Tuhan di dalam dan melalui lembaga gereja/gerejawi apapun. Pemimpin adalah dampak, bukan pengaruh atau memberi pengaruh, karena sesungguhnya hanya ada satu Pemimpin dalam dunia ini, yakni Allah, dan manusia hanyalah alat kepemimpinanNya, bukan pemimpin, karena manusia tidak memiliki pengaruh dan tidak dapat memengaruhi sesama ciptaan, namun pada kenyataannya pemimpin adalah memberi pengaruh, apapun yang dilakukan oleh pemimpin itu, maka orang-orang uyang dipimpinnya juga melakukan yang sama atau bahkan lebih daripada itu. Intinya kepemimpinan Kristen adalah seorang yang dapat memberi pengaruh dan sekaligus dampak dari Kepemimpinan Allah kepada dirinya sebelum dapat memimpin orang lain.

 

 Pengertian Ibadah

            Ibadah dalam Bahasa Ibrani berasal dari kata “avoda” yang berarti menyatakan sikap atau pekerjaan seorang budak atau seorang upahan. Sedangkan dalam Bahasa Yunani adalah “latreia” yang berarti meniarap atau sujud sampai ke tanah. Menurut kata Yunani yang lain “hisytakhawa” atau “proskuneo” yang berarti, rasa takut yang penuh hormat kepada orang yang diberi hormat, kekaguman dan ketakjuban. Merupakan suatu pelayanan kepada Allah, tidak hanya di Bait Suci, tetapi dalam arti pelayanan kepada sesama. Jadi ibadah mempunyai dimesni ke atas (vertical) dan dimensi ke samping (horizontal). Pelayanan kepada sesama ada di Luk. 10:25, Mat.5:23, Yoh.4:20-24, Yak.1:27.



Tugas Gembala Pada Zaman Alkitab

Tugas seorang gembala sungguh berat. Dari pagi sampai malam gembala berjalan bersama kawanan dombanya untuk mencari rumput dan sumur untuk mengambil air minum pada siang hari. Tapi bukan itu saja, perhatikan di 1 Samuel 17:34-46, di mana Daud melukiskan tentang apa yang dilakukannya sebagai gembala; ia tidak takut singa atau beruang, tetapi berjuang sampai ia berhasil menyelamatkan domba atau kambing yang mau dirampas dan dibunuh. 

 

Tugas Gembala Sidang

            Tidak takut akan segala ancaman dari Iblis yang ingin merampas jiwa umat yang sedang digembalakan, melawan segala kuasa itu dengan kuasa dari Roh Kudus, tidak hanya mengancalkan kekuatan sendiri. Jadi tugas dari gembala sidang adalah memberi pengaruh bagi orang-orang yang dipimpinnya untuk dapat melawan ancaman-ancaman yang menggoyangkan iman, dan dibutuhkan kecepatan dari seorang gembala. Seperti yang dikatakan oleh Stone: Kecepatan seseorang pemimpin menentukan kecepatan sebuah tim, dan tentu saja kita, para gembala turut bertanggung jawab atas turunnya angka kehadiran tersebut. Bagaimanapun, kita tidak dapat memisahkan antara buruknya penampilan sebuah organisasi dari kepemimpinan. Namun di dalam banyak hal para gembala, teristimewa masa kini, dipersalahkan melebihi yang seharusnya mereka tanggung. 

 

Hubungan Gembala Sidang Dengan Kepemimpinan

            Karena gembala sidang adalah seseorang atau individu yang memberi pengaruh kepada orang lain yang membangun kerohanian orang lain, literal atau garis lurus dengan dengan definisi kepemimpinan rohani menurut J. Oswald:

Para pemimpin rohani tidak dihasilkan oleh pemilihan atau pengangkatan, baik oleh manusia, sekelompok manusia, maupun konferensi atau sinode. Hanya Tuhan yang dapat menghasilkan pemimpin…mereka adalah orang-orang yang mematuhi firman Tuhan…kepemimpinan rohani adalah sesuatu yang berasal dari Roh, yang hnya dapat dianugerahkan oleh Allah (Kis.9:17; 22:21).

Seorang pemimpin rohani adalah orang yang dipilih Allah karena memiliki kriteria dan kemampuan untuk mengemban hal itu menurut pandangan Allah. Dan seorang pemimpin yang menjalani kehidupannya secara terbuka tidak membutuhkan satu hal pun untuk dijaga atau ditakuti karena kehidupannya diatur oleh Tuhan yang memilih dia sebagai gembala. Apa kriteria gembala sidang yang baik? Gembala sidang yang baik adalah seorang:

  • Pemimpin yang baik tidak memperdaya 🡪 Tidak ada motif yang tidak murni yang menjadi ciri dari pelayanan.
  • Pemimpin-pemimpin yang baik bukanlah orang-orang yang suka menyenangkan manusia 🡪 motivasi dalam pelayanan tidak rumit: Menyenangkan Allah, bukan manusia (1Tes.2:4)
  • Para pemimpin rohani tidak boleh rakus🡪 kerasukan yang ketahuan akan membuat pelayanan-pelayanan menderita dan lebih buruknya Kristus tidak dimuliakan.
  • Para pemimpin rohani tidak mementingkan kepentingan diri sendiri 🡪 rasul Paulus berkata “kami tidak pernah mencari pujian manusia.” 1 Tesalonika 2:6. Salah satu tanda kerendahan hati yang murni adalah pengekangan kekuasaan; itulah yang mengungkapkan kepemimpinan sejati

Para pemimpin berhati hamba harus bersedia hidup pada berbagai tingkatan: tunduk pada otoritas di atasnya, tunduk kepada Allah Bapa, tunduk kepada pasangan hidup, tunduk kepada prinsip-prinsip hidup yang bijaksana, dan tunduk pada kewajiban… agar menjadi pemimpin yang efektif, para pemimpin harus belajar untuk merendahkan diri. Sebaliknya jika seseorang pemimpin yang berpikir tentang atau posisi tidak akan mendapatkan dirinya sebagai hamba dalam pelayanan tidak akan mengukur kesuksesan dalam memimpin baik itu melalui pujian, hormat, dan kemuliaan yang diberikan kepadanya karena keberhasilan yang dilakukannya, melainkan sebagai hamba yang melakukan pelayanan dengan satu tujuan yaitu “…upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” (1 Kor. 9:18) dan menyenangkan Allah, bukan manusia (1Tes.2:4).

Peran Gembala Sidang dalam Pertumbuhan Kerohanian Sidang Jemaat

Tujuan dari kepemimpinan seorang gembala sidang adalah menunjukan kesamaan seperti Kristus dalam kehidupannya sendiri dan dengan demikian memberi insipari dan melengkapi beberapa orang untuk kepemimpinan. Dengan kata lain, gembala harus melengkapi beberapa pemimpin yang kemudian mereka melengkapi yang lain. Ini akan berlanjut sampai ada dasar yang cukup luas untuk membangun sebuah pelayanan yang gemilang dan menarik, kemudian orang-orang akan merasa lapar dan haus untuk mengenal Tuhan di atas segala tuhan. Menjadi seorang pemimpin yang baik mengubah kehidupan seseorang selamanya. Seorang pemimpin yang baik menguubah kehidupan para pengikutnya sa,pai ia menjadi tak terlupakan dalam kehidupan para pengikutnya. Seorang pemimpin yang baik sangat memperngaruhi kehidupan para pengikutnya sedhingga para pengikutnya akan merasa berhutang kepadanya. Inilah yang terjadi antara Paulus dan Filemon. Rasul Paulus mengingatkan Filemon betapa ia telah mempengaruhi kehidupannya. Paulus memberitahu Filemon bahwa Filemon berhutang dirinya sendiri kepadanya (Filemon 19). Namun yang terpenting adalah menuntun seeorang kepada Kristus, menuntun seseorang untuk dipenuhi dengan Roh Kudus, Meneguhkan seseoang di dalam Firman Tuhan, menuntun kepada persekutuan yang tepat, dan menolong orang-orang untuk menemukan jalannya menuju pelayanan

Berdasarkan apa yang dikatakan di atas, penggembalaan dalam jemaat dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Mencari dan mengunjungi anggota jemaat satu-persatu,
  2. Mengabarkan Firman Allah kepada jemaat, di tengah situasi hidup jemaat pribadi;
  3. Melayani jemaat, sama seperti bila Paulus melayani mereka;
  4. Dan supaya jemaat itu lebih menyadari iman mereka, dan dapat mewujudkan iman itu dalam kehidupannya sehari-hari.

 

Rasul Paulus Sebagai Contoh Gembala Sidang yang Baik

            Dari surat-suratnya, para gembala dan para pemimpin gereja banyak belajar baik itu mengenai pengaturan struktur organisasi gereja, mengenai filosofi hidup, mengenai sumber kekuatan, ketekunan, keterampilan, pengaruh dan banyak lagi dari sosok Rasul Paulus, yang pada intinya adalah menuju kesempurnaan seperti Kristus yang memuliakan nama Bapa. Dengan latar belakang yang menolak Injil, namun pada akirnya Paulus sendiri yang sangat gencar dalam mengabarkan Injil kebenaran itu, sehingga ia mengatakan bahwa “… upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil” ia memiliki komitmen yang membuat ia mempercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah yang memberi anugerah kepadanya.

            Paulus tidak menggunakan hak rasulinya untuk menerima upah, sebetulnya hanyalah satu contoh keseluruhan gaya hidup yang dijelaskannya kepada jemaat di Korintus (9:19-23). Paulus bukan hanya mengajar teori tetapi juga mengajar dengan kehidupannya sendiri. Membuka buku-buku tafsiran dan mengajar kepada orang lain itu mudah. Tetapi yang pemimpin atau gembala ajarkan seharusnya bukanlah sesuatu yang kita dapatkan dengan cara demikian, melainkan haruslah dari pergumulan hidup pemimpin itu sendiri sehingga ada kuasa dalam menyatakan apa yang diajarkan. Pemipin harus mengajar dengan contoh hidup. Contoh kehidupan Paulus yang sangat memotivasi karena dedikasinya yang begitu maksimal bagi Allah:

Lima Belas Hal di Mana Paulus Bertahan

  1. Paulus bertahan dari seringnya pemenjaraan terhadap dirinya.
  2. Paulus bertahan dari lima kali penyesahan oleh orang-orang Yahudi.
  3. Paulus bertahan dari tiga kali deraan dengan tongkat.
  4. Paulus bertahan dari pelemparan batu.
  5. Paulus bertahan dari tiga kali karam kapal.
  6. Paulus bertahan dari empat puluh jam terapung-apung di tengah laut.
  7. Paulus bertahan dari bahaya penyamun.
  8. Paulus bertahan dari bahaya dalam perjalanan.
  9. Paulus bertahan dari bahaya di dalam kota.
  10. Paulus bertahan dari bahaya yang disebabkan oleh orang sebangsanya.
  11. Paulus bertahan dari bahaya di padang gurun.
  12. Paulus bertahan dari bahaya dari saudara-saudara palsu.
  13. Paulus bertahan dari kelelahan yang amat berat.
  14. Paulus bertahan dari banyak rasa sakit.
  15. Paulus bertahan dari hawa dingin dan ketelanjangan.

Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila- aku lebih dari itu! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan. Tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut,dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian. (2 Korintus 11:23-27). Jadi, Seorang gembala tidak boleh patah semangat dalam melayani Tuhan dan jemaat dalam kondisi apapun. Pengaruh atau dampak dari gembala sidang dalam menghadapi masalah yang berat yang dihadapinya, namun tetap memuliakan nama Tuhan, tetap tekun melayani, tetap terlihat tegar bahkan dapat berkata “aku bermegah di dalam Tuhan!” akan sangat berpengaruh bagi kehidupan jemaat, yang melihat karakter Kristus didalam diri seorang gembala.

            Paulus tidak menulis tanpa perasaan atau sekedar berteori. Ia tidak sedang menulis makalah atau artikel ensiklopedia. Ia menulis sebagai seorang gembala kepada pribadi-pribadi yang riil, dan ia menulis sebagai pribadi yang utuh kepada pribadi-pribadi utuh lainnya. Kedua, Paulus tidak memberikan kepada mereka hal-hal yang ideal tentang kepemimpinan. Ia tidak menulis sebuah buku teks teoritis mengenai kepemimpinan Kristen. Ia menulis sebuah surat pribadi, berdasarkan pada pengenalan mereka secara intim akan dirinya dan pelayanannya di antara mereka. Ketiga gaya kepemimpinan Paulus tidak menjauhkan diri dari yang lain dan suka berahasia. Ia tinggal di tengah-tengah mereka. Mereka mengetahui alamatnya. Ia tidak menyampaikan sebuah khotbah dan kemudian menyelinap dari pintu belakang ketika doa penutup dinaikan. Ia tetap dapat dijangkau, dapat ditemui, dan nyata. Kehidupannya adalah sebuah kitab terbuka. Begitu pula seorang gembala atau pemimpin yang sejarti, menjadi contoh dan teladan adalah sebuah keharusan, dan teladan yang diberikan adalah kesaksian yang hidup bahwa Yesus yang menjadi prioritas bukan pada pribadi pemimpin itu.

 

Indikator Seseorang Bertumbuh dalam Kerohaniannya 

            Untuk dapat melihat tingkat kerohanian seseorang itu sangatlah luas dan abstrak, karena manusia tidak dapat melihat dan menilai bahwa seseorang itu sudah dewasa dalam kerohanian, namun ada indikator-indikator yang secara fisik terlihat bahwa seseorang itu sudah dewasa dalam kerohaniannya. Paulus menyaksikan bahwa dengan menjadi dewasa secara rohani, ia meninggalkan hal yang kekanak-kanakan. Sehingga berbahasa lidah bukan mutlak merupakan tanda bahwa seseorang telah dewasa rohaninya (1 Kor. 13:8-12; 14:18-20, 22). Pemuridan teknis menjelaskan konsentrasi perhatian yang kuat terhadap seseorang atau sekelompok kecil orang untuk tujuan pertumbuhan rohani dan perkembangan rohani. Paulus juga mempraktikan pemuridan teknis dalam usahanya mengembangkan para pemimpin gereja. Sepanjang Kitab Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Kiriman dapat dibaca hubungannya yang akrab dengan Timotius, Titus, Lukas, Silas dan yang lain. Intruksi Paulus kepada Timotius merupakan conto khusus yang baik mengenai hubungan pemuridan yang kuat orang per-orang. Namun didalam gereja, pemuridan dipraktikan secara bersama, yang bertujuan untuk kemuliaan nama Tuhan.

            Seseorang itu dapat dikatakan bertumbuh dalam rohaninya dimulai dari ia sadar bahwa ia adalah orang berdosa, Sadar untuk bertobat, Sadar untuk memiliki hubungan dengan Tuhan dengan rasa takut bukan karena takut hukuman, Sadar bahwa hidupnya bersedia untuk melayani Tuhan ataupun sesamanya, Sadar akan keberadaannya adalah anugerah dari Tuhan, Sadar untuk bersekutu bersama dengan tujuan mambangun dan Sadar untuk dapat menjadi pemimpin. Dimulai dari KESADARAN, seseorang itu dapat dikatakan bertumbuh dalam rohaninya, semua itu dapat terjadi baik dari program pemuridan di Gereja dan dari dampak sosok gembala sidang yang menginspirasi bahwa manusia itu dapat melakukan yang terbaik bagi kemuliaan nama Tuhan.

Posting Komentar untuk "PEMBAHANSAN MENGENAI PENGARUH KEPEMIMPINAN GEMBALA SIDANG DALAM IBADAH TERHADAP PERTUMBUHAN KEROHANIAN JEMAAT "