Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SURVEI HISTORIS-BIBLIKA KEPEMIMPINAN DALAM KITAB SEJARAH PL (NABI)

                                                                                BAB I

PENDAHULUAN 


Secara etimologi (asal kata) nabi belum menghasilkan hasil yang handal. Dulu kata “nabi” dikaitkan dengan arti “menyemburkan (kata-kata ekstase), baik Tuhan yang memancarkan firman-Nya ataupun sang nabi yang memancarkan seperti sumber mata air. Dimensi ekstase dalam pengalaman sang nabi ada dalam penafsirannya, kata Akadia nabi (memanggil) telah memunculkan bentuk penjelasan; nabi dipanggil oleh Tuhan (Keluaran 3:1-4, 17; Yesaya 6; Yeremia 1:4-19; Yehezkiel 1-3; Amos 7:14; Yunus 1:1).

Suatu kajian lebih dalam menemukan istilah nabi berasal dari bahasa Ibrani “navi” yang berarti orang yang mewartakan pesan yang diterimanya dari Allah, seorang nabi, terutama dalam Perjanjian Lama disebut “mulut” YHWH. Istilah nabi sering diartikan dengan mengangkat; menunjuk atau memanggil. Dengan demikian secara etimologis istilah nabi, apabila dipakai dalam bentuk pasif mempunyai pengertian orang yang dipanggil dan diutus oleh Allah dengan suatu tugas tertentu.

Secara teologis, nabi adalah orang yang berbicara atas nama Allah, dengan demikian istilah nabi dapat dikatakan sebagai Legastus Divinus, seseorang yang diutus Allah dalam perspektif teologis ini seseorang menjadi nabi bukanlah atas kemauan diri sendiri, tetapi karena dipilih oleh Allah. Bisa dilihat dalam Perjanjian Lama misalnya Yeremia, bahwa Yeremia sebelum lahir dari kandungan Allah telah menetapkan Yeremia sebagai nabi. Seorang nabi bukan juga karena warisan, karena dilahirkan dalam keluarga nabi. Panggilan kenabian adalah  inisiatif Allah bukan dari usaha manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang nabi adalah hamba Allah, mengucapkan kata-kata demi nama Allah dan hanya memegang perintah atau perkataan yang diterimanya dari Allah, serta bertanggung jawab penuh kepada Allah.

Dalam perjanjian Lama, ada tiga istilah khusus yang penting dalam menyebut nabi. Pertama adalah “navi” yang diterjemahkan menjadi “prophetí” dalam bahasa Inggris atau “nabi” dalam bahasa Indonesia. Kata ini dipakai hampir tiga kali dalam Perjanjian Lama (hanya dalam bentuk kata bendanya saja). Dua istilah lainnya diterjemahkan menjadi “seer” dalam bahasa Inggris, atau “pelihat” dalam bahasa Indonesia. Dua istilah yang bermakna seer iru adalah “ro’eh”, dari kata “melihat’ dan yang lain adalah “hozeh”, dari akar kata “hazah”, artinya cukup jelas ini menunjuk kepada nabi sebagai orang yang telah dipilih dan diutus oleh Allah


Para nabi yang kitabnya terdapat dalam Perjanjian Lama memusatkan perhatian kepada tiga pusat sejarah, yakni

Kategori pertama, mencakup para nabi dan kurun waktu (Neo-Asyur, yang perhatiannya jatuh pada peristiwa-peristiwa yang mengarah ke kondisi-kondisi yang terjadi setelah kejatuhan Kerajaan Utara (Israel) pada tahun 722 SM. Kumpulan nabi yang menilai iklim moral dan teologis yang menuju kepada akhir Israel adalah Amos, Hosea, Mikha, dan Yesaya.

Kategori kedua,terdiri atas nabi-nabi dari zaman Neo-Babel. Fokus kelompok ini terpusat pada keadaan-keadaan pada waktu itu dan kondisi berikutnya dari keruntuhan Kerajaan Selatan (Yehuda) pada tahun 596 SM. Nabi-nabi yang berada dalam kategori kedua ini adalah Zefanya, Yeremia, Habakuk, Nahum, Yehezkiel, dan Obaja.

Setelah masa pembuangan, selama kurun waktu Persia,kelompok nabi-nabi yang ketiga membangun di atas harapan. Mereka mengatakan peraturan Yahweh yang baru sementara kekerasan Babel beralih kepada keramahan Persia. Ketetapan Raja Koresy (538 SM) menandai permulaan zaman kegairahan harapan bagi umat Allah. Keterori ketiga ini ditempati oleh nabi Daniel, Hagai, Zakharia, Yoel, dan Maleakhi. 


Posting Komentar untuk "SURVEI HISTORIS-BIBLIKA KEPEMIMPINAN DALAM KITAB SEJARAH PL (NABI)"