Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MAKALAH ANTARA ALLAH DAN LOGIKA BAB II

 

BAB II

KAJIAN TEORI

1.    PENGERTIAN ALLAH

A.   Kodrat Allah[1]

Allah itu Trasenden

Allah itu mengatasi ciptaan-Nya (Yesaya 40:18-23, 24-26). Ketika mengatakan bahwa Allah itu trasenden, maka yang dimaksud adalah Allah berbeda dengan ciptaan-Nya.

-          Rancangan-rancangan-Nya berbeda, Alkitab menyatakan bahwa rancangan-rancangan Allah itu berbeda dari rancangan-rangcangan manusia (Yesaya 55:8).

-          Pribadi-Nya berbeda, dalam Mazmur 50:21 dikatakan bahwa Allah itu berbeda dengan ciptaan-Nya.

-          Berbeda karena Keilahian-Nya, dalam Mazmur dikatakan bahwa Allag itu maha tinggi di atas seluruh bumi, Dia juga mengatasi segala bangsa (Mazmur 99:12)

Allah itu Roh, artinya, roh adalah hakikat-Nya, jati diri-Nya.

-          Allah itu Tidak Berwujud, Allah itu roh, artinya Allah tidak berwujud, artinya tidak memiliki tubuh, (Lukas 24:39). Yesus memiliki badan karena Ia telah menjadi manusia, bukan karena hakikat-Nya yang kekal. Allah berbicara dengan manusia dalam bentuk-bentuk manusiawi (atropomofisme), pemakaian gambaran-gambaran manusia untuk menolong manusia berkontak dengan roh yang tidak bisa dijangkau oleh manusia dengan cara lain.

-          Allah itu Satu Pribadi, Allah itu dalam hal ini dapat dikatakab bahwa Allah memiliki tiga sifat kepribadian: emosi/persaan, intelek/budi, dan kehendak/kemampuan untuk memilih.

-          Allah itu Tak Kelihatan, jika dikatakan Allah itu roh, Dia iu bukan materi, juga bukan suatu Pribadi, melainkan Ia juga tidak kelihatan: Tidak seorang pun pernah melihat Allah” (Yohanes 1:18). Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa: mengetahui Allah itu roh membebaskan Anda dari materialisme.

Allah itu Kekal

-          Dia tidak berawal Mula, Allah ada sejak kekal, berarti Allah itu tanpa awal dan tanpa akhir.

-          Dia itu Independen, segala sesuatu yang diciptakan membutuhkan sesuatu di luar dirinya sendiri untuk bisa ada. Namun untuk bisa ada Allah tidak membutuhkan sesuatu diluar diri-Nya sendiri

Allah itu tidak Berubah

-          Pribadi-Nya tidak berubah, Allah tidak bisa berubah. Inilah yang membedakan Dia dari segala sesuatu yang ada dalam alam ciptaan ini.

-          Rencana-Nya tidak berubah, sebab kodat Allah itu konsisten.

-          Karakter-Nya tidak berubah

 

B.   Sifat-sifat Allah

a.    Allah itu Mahasempurna dan Mahamencukupi

Dalam Bahasa Inggris sufficiency, arti harafiah: kecukupan. Arti sifat Allah ini menunjukkan bahwa Allah itu lengkap secara penuh dan absolut, dimana tidak ada satupun yang bisa ditambahkan pada-Nya atau diambil dari-Nya.

-          Allah Bertanggung Jawab Atas Ciptaan-Nya

Kemahasempurnaan Allah berarti bahwa Dia itu bertanggung jawab sepenuhnya atas semua. Karena, Ciptaan Mengungkap Pribadi-Nya dalam Mazmur 19:2 menjelaskan kemuliaan Allah yang melingkupi segala-galanya itu dapat diwujudnyatakan oleh keanekaragaman yang ada dalam ciptaan-Nya. Dari Ciptaan Allah kesukaan- Nya, Allah menciptakan alam semesta karena IA suka melakukannya (bdk Efesus 1:5).

-          Allah Itu Tidak Bergantung Pada Ciptaan-Nya

Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada didalamnya, menjelaskan Allah independen dari ciptaan-Nya dimana Allah tidak membutuhkan apa pun dari tata ciptaan-Nya agar Ia dapat tetap menjadi Allah. Allah tidak menjalankan fungsinya karena suatu keharusan.

b.    Allah itu Maha Kudus

Kekudusan merupakan sifat yang paling utama dari sifat-sifat Allah.  Dari antara unsur-unsur kodrat Allah, yang paling utama adalah bahwa Allah itu kudus. Kekudusan Allah ini membedan Dia dariciptaannya, karena Dia sempurna dalam kekudusan itu.

 

2.    LOGIKA

A.   Definisi Logika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, logika adalah pengetahuann tentang kaidah berpikir, jalan pikiran yang masuk akal (logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir yang masuk akal).

Pengertian logika menurut beberapa ahli atau tokoh:[2]

-          Menurut Khalimi, logika adalah ilmu yang memberikan aturan-aturan berpikir valid atau berpikir sehat.

-          Rafael Raga Maram, logika adalah pikiran-pikiran yang dapat dimengerti atau masuk akal.

-          Asmoro Achmadi, logika adalah sebuah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara penalaran yang benar.

-          Ahmad Dardiri, logika adalah salah satu cabang filsafat yang membicarakan prinsip-prinsio umum dan norma-norma penyimpulan yang sah.

-          Louis O. Kattsof, logika adalah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus.

-          Paulus Daun, logika adalah pengkajian untuk berpikir secara valid.

 

 

Etimologi Logika

Istilah logika berasal dari kata Yunani “Logikos”  yang berasal dari kara benda “logos”  yang berarti “ sesuatu yang di utarakan, suatu pertimbangan akal atau pikiran, atau kata-kata pembicaraan yang berkenaan dengan bahasa”. Jadi secara etomologis logika berarti “suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diungkapkan melalui kata-kata dan dinyatakan dalam bahasa”[3].

Kesimpulan: Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang sudah ditetapkan.

B.   Sejarah Logika

Perkembangan logika tidak terlepas dari perjalan filsafat Yunani dan transpormasinya kedalam pemikiran dalam kegiatan ilmiah. Kegiatan berpikir muncul bersamaan dengan adanya manusia pertama, dimana manusia diberi potensi berpikir untuk memikirkan dirinya dan segala sesuatu yang berada di luar dirinya[4].  Orang yang mengemukakan logika ini pertama kali adalah Aristoteles seorang filsuf Yunani Kuno (384-322 SM).  Argumen yang ditemukan oleh Aristoleh adalah kriteria sistematis untuk menganalisis dan mengevaluasi argumen-argumen (logika silogistik).

 

C.   Pembagian Logika

Secara hakiki logika dapat dibagi menjadi dua macam yaitu logika alamiah (kodratiah) dan logika ilmiah (saintifika). Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.  logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi; logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.

 

D.   Tujuan dan Faedah Mempelajari Logika[5]

Berikut ini ada beberapa tujuan dan faedah dalam mempelajari ilmu logika:[6]

-          Dapat mengembangkan potensi akal dalam mengkaji objek pikir dengan menggunakan metodologi berpikir

-          Menempatkan persoalan dan menuaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat

-          Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang berani dari yang salah

-          Meningkatkan kemapuan berpikir secara cermat dan objektif

-          Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri

-          Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan dan juga kesesatan

-          Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertip, metodis dan koheren.

 

 

 

 

 

 



[1] Tony Evans “ Teologi Allah “Allah Kita Maha Agung”. (Malang: Gandum Mas, 1999) 43-64

 

[2] Dr. Arif Rohman, M. Si., dr Rukiyati., M. Hum., Dra. L. Andriani Purwastuti., M.Hum “Epistemologi dan logika”. (Yogyakarta: ASWAJA PRESSINDO, 2014) 13

[3] E. Sumaryono “Dasar-Dasar Logika” (Yogyakarta: PT Kanisius, 1999) 71

[4] Dr. Khalimi, Logika. 2011.( Jakarta:Gaung Persada (GP) Press) 6

 

[6] Muhammad Nur al-Ibrahimi, Ilmu al-Manthiq, 7 

2 komentar untuk "MAKALAH ANTARA ALLAH DAN LOGIKA BAB II"

  1. Bagaimana implementasi antara Allah dengan Logika admin?

    BalasHapus