Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TUGAS NABI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN RELEVANSINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI (PART II)

 



TUGAS NABI

            Tugas dari nabi bisa dijabarkan menjadi dua bagian dalam Perjanjian Lama. Pertama: menerima pesan dari Tuhan melalui wahyu, dan yang Kedua: menyampaikan pesan itu kepada manusia. Tidak semua nabi digambarkan menerima tugas yang pertama tetapi semuanya menerima tugas yang kedua. Sangat mungkin beberapa diantaranya, kalau tidak dapat dikatakan banyak, menyampaikan pesan yang mereka pelajari dari nabi-nabi lain atau mereka buat berdasarkan kebutuhan pada zaman itu sebagaimana diilhamkan oleh Tuhan, namun beberapa nabi menerima ilham secara langsung dari Tuhan melalui pewahyuan secara adikodrati.[1] Dalam tradisi Israel, selain nabi, imam juga mempunyai tugas rangkap, meskipun dalam bentuk yang sedikit berbeda. Kewajiban para imam adalah mempersembahkan kurban atas nama umatnya, dan yang kedua adalah menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia. Perbedaan tugas para nabi dengan para imam terletak pada cara mereka menyampaikan pesan, para imam mengajarkan umat dengan bahan Hukum atau Taurat yang Tuhan berikan di Bukit Sinai, sementara para nabi mendesak dan menasehati orang untuk mentaati Hukum. Para imam lebih memusatkan perhatian pada otak manusia, memberitahukan kepada manusia apa yang harus mereka ketahui, sedangkan nabi memusatkan perhatian pada perasaan dan kehendak mereka, mendesak orang agar melakukan apa yang telah mereka ketahui.[2]

Jadi tugas dari nabi ada sedikit perbedaan dengan imam di Israel, karena nabi tidak memperoleh kedudukan karena warisan, karena dilahirkan dalam keluarga para nabi, anak seorang nabi tidak secara otomatis menjadi nabi, tetapi setiap nabi dipilih secara khusus oleh Tuhan dan dipanggil untuk melakukan suatu pekerjaan yang ditetapkan Tuhan baginya.  Perlu diperhatikan bahwa setiap nabi datang dengan suatu atau satu pesan dari Allah, dan tugasnya adalah untuk menyampaikan pesan itu. Dan pesan itu ada sangkut pautnya dengan dirinya dan dengan orang-orang akan mendengarnya.[3]

Tugas para nabi adalah sebagai orang yang “mengumumkan” dan bukannya “peramal”, dengan tepat bisa dikatakan bahwa nabi adalah pengkhotbah, yakni, bahwa mereka berbicara kepada massa, dan situasi mereka sendiri, menafsirkan peristiwa-peristiwa sejarah saat itu dalam terang Kehendak Allah untuk Israel, unsur meramal merupakan bagian yang jelas dari pesan mereka (Am.3:7).[4] Seorang nabi biasa mendengar firman Allah melalui hati atau pikirannya. Suara itu datang dari luar dan bisa juga melalui penglihatan, misalnya Yesaya (6), Amos (8:1-3; 9:6), dan Yehezkiel (1:10; 37). Perlu digaris-bawahi, bahwa para nabi menerima firman atau nubuatan,[5] mereka melalui kontak pribadi yang mendalam dengan Allah. Kontak yang dimaksud melibatkan seluruh eksistensinya, akal budi, emosi, iman, pengalaman hidup dalam sejarah, dan lain-lainnya menjadi pertimbangan yang maha penting dalam merumuskan firman atau nubuatan-nubuatan mereka. [6]

 

NABI HABAKUK DAN TUGASNYA

Habakuk[7] adalah salah satu dari dua belas nabi kecil di dalam Perjanjian Lama. Ia digolongkan ke dalam kelompok nabi-nabi kecil karena sama seperti nabi-nabi kecil lainnya, data-data tentang pribadinya sedikit. Juga bahan-bahan pemberitaannya tidak sebanyak bahan-bahan dari kitab-kitab nabi-nabi besar lainnya[8], ia menyebut dirinya ‘nabi’ dan dengan demikian menuntut hak ilham dan suruhan ilahi.[9] Terlepas dari hal tersebut, ia adalah seorang nabi yang memiliki panggilan, tugas, dan fungsinya sebagai seorang nabi/utusan Allah. Ucapan Ilahi dalam ayat pertama dari kitab Habakuk ini diterjemahkan dari satu istilah Ibrani (Mass’a) yang berarti ‘ucapan yang disertai rasa kesal dan hingga marah’ (bnd. Zef. 3:8; Rat. 2:14). Akan tetapi, dalam hubungan dengan panggilan dan tugas nabi, istilah ini berarti bernubuat dan mengumumkan suatu berita[10], yaitu memberitakan ancaman dan penghukuman, dimana bangsa Israel terkhusus kerajaan Yehuda ketika Raja Yoyakim memerintah penuh dengan ketidakadilan, sedangkan dalam politik luar negeri yang diandalkan adalah kuasa kerajaan-kerajaan besar. Itulah penyimpangan dari kehendak Tuhan.[11] Juga tugas dari Habakuk adalah menyampaikan firman Allah dalam situasi krisis yang muncul dari meningkatnya ketiadaan hukum dan ketidakadilan di Yehuda (ay.2-5), setelah kematian Yosia yang mendadak (609 sM) dan bangkitnya Babel pada tahun 605 sM.[12]

            Sekalipun demikian, ia terhubungkan dengan Bait Allah di Yerusalem, tempat ia menerima penglihatan (Hab. 2:1), menyampaikan nubuat-nubuatan (2:4) dan menuliskan nubuatan-nubuatan itu pada loh-loh (2:2; bnd. Yes.8:1). Oleh karena ia bernubuat terhadap bangsa asing, khususnya dalam pengalaman politik yang buruk atas kerajaan Yehuda, wajarlah jika nubuat-nubuatan bernada kecaman. Perlu dicatat bahwa Habakuk adalah seorang nabi yang akrab dengan ibadah Bait Allah. Hubungannya dengan ibadah terlihat antara lain dalam hal penglihatan. Ia tidak begitu saja menerima suatu penglihatan, tetapi sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk menerima penugasannya sebagai nabi melalui penglihatan (Hab.2:1,2). Penglihatannya bukan suatu ilusi atau khayalan yang muncul ketika dia beribadah dan berdoa, melainkan penghayatannya yang begitu mendalam akan panggilannya. Karena itu ia juga sedikit sedih dalam memahami panggilan dan menggumuli persoalan yang dihadapinya (Hab.3:16a). jadi, Habakuk tidak hanya beribadah dalam kegiatan ritual yang rutin dan formal, tetapi ia sungguh-sungguh beribadah, dekat dan bergaul dengan Tuhan untuk mendengarkan kehendak-Nya. pengalamannya seperti itu tidak sebanding dengan Hagai dan Zakharia.[13]

             Habakuk memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan, dimana ia berpendapat seharusnya Tuhan berbuat lebih banyak untuk melindungi kekudusanNya, mengingat sedemikian merajalelanya dosa pada waktu itu. Jadi bisa dilihat bahwa tugas dari nabi Habakuk ini adalah sebagai pendoa syafaat. Selain sebagai pendoa bersama dengan nabi Yeremia, nabi Habakuk juga adalah seorang penyanyi dari suku Lewi di Bait Allah (3:19), juga tentunya menguasai atau dapat memainkan satu atau lebih alat musik berdawai.[14]

 

KEISTIMEWAAN NABI

Seorang nabi sering menerima tugas berat, ia harus merintis jalan yang sama sekali baru dibandingkan sebelumnya, meskipun Tuhan memberinya petunjuk tentang pekerjaan yang harus dilakukan dan jalan yang harus ditempuh, sering kali ia masih menerima banyak tantangan di jalan itu. Tugasnya dapat membawanya kepada bahaya besar atau kehormatan luar biasa. Tindakan pertama Samuel sebagai nabi yang baru dipanggil Tuhan adalah memberitahukan kepada Eli, sang imam besar, bahwa keluarganya telah ditolak Tuhan. Tentu ini tugas berat bagi Samuel. Kelak Samuel harus mengurapi Raja pertama Israel, Saul, dan setelah itu dia juga harus memberitahukan kepadanya bahwa keluarganya telah ditolak Tuhan. Kemudian ia harus juga mengurapi raja Israel yang kedua, Raja Daud yang agung. Suatu saat Nabi Natan diperintah Tuhan untuk menegur Daud karena dosanya dengan Betsyeba, sebuah tantangan berat menghadapi raja terbesar ketika itu, tetapi Natan melakukannya. Tiga tahun kemudian Nabi Gad harus menegur dan memberikan tiga pilihan hukuman kepada Raja Daud karena dosanya melakukan sensus. Nabi Ahia pertama-tama harus menjanjikan kerajaan Israel yang baru kepada Yerobeam dan kemudian harus mengatakan kepadanya tatkala kerajaan akan diambil darinya. Seorang “abdi Alah” diutus untuk menegur Yerobeam karena mezbah palsu yang didirikannya di Betel. Elia memberi peringatan akan adanya kekeringan dan kelaparan dan menyelenggarakan suatu kontes spektakuler di Gunung Karmel. Elisa memberitahukan kepada Hazael bahwa dia akan menjadi raja atas Siria, dan menangis ketika mengatakannya karena dia tahu bahwa orang ini akan mendatangkan malapetaka kepada Israel. Yunus diutus ke kota Niniwe yang asing dan menakutkan untuk menyerukan pertobatan. Semua ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menjadi nabi haruslah orang-orang yang benar-benar istimewa, mempunyai watak yang menonjol, otak yang cemerlang dan jiwa yang berani. Mereka mempunyai sifat-sifat tersebut secara alami, dan setelah menyerahkan diri kepada Tuhan, mereka akan menjadi jauh lebih hebat karena tugas dan perlengkapan khusus yang dipercayakan kepada mereka. Para nabi menjadi tokoh raksasa bagi bangsa Israel, pembentuk pandangan umum, pemimpin pada masa kegelapan, orang yang dibedakan dari orang lain di sekitar mereka, baik diantara bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain pada zaman itu[15].



[1] Ibid., 71.

[2] Leon J.Wood, Nabi-Nabi Israel, 20.

[3] Anddrew E Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2013) 513

[4] C. Hassel Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, 17

[5] Yang dimaksudkan dengan nubuatan adalah tinjauan sejarah yang mendalam dan melampaui tinjauan seorang sejarah sekuler. Seorang nabi dapat melihat sesuatu yang akan terjadi dalam sejarah.

[6] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), 40.

[7] Menurut Sigmund Mowinckel, Bel dan Naga, salah satu teks apokrifa, Habakuk adalah “putra Yesus dari suku Lewi”. Memang cocok apabila Habakuk berasal dari suku Lewi, yang dikaitkan dengan para biduan bait suci (3:1, 19; 1 Taw. 25:1-8), yang tinggal di Yehuda selama hari-hari terakhir Yehuda (640-609 SM) dan pada awal rezim Yoyakim (608-598 SM) Lih.Willem A. Van Gemeran, Penginterpretasian Kitab Para Nabi,172-173. Dan J. A. Telnoni, Tafsir Alkitab Kontekstual-Oikumenis,1.

[8] J.A Telnoni, Tafsir Alkitab Kontekstual-oikumenis: Habakuk (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2016), 1

[9] Ibid, Frank M. Boyd, Kitab nabi-nabi kecil, 125

[10] Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew and Chaldee Lexicon (Grand  Rapids: Zoverdevan Publishing House, 1979) 563, 564.

[11] Ibid, 9.

[12] Ibid, Penginterpretasian Kitab Para Nabi, 173

[13] Ibid, 1-2.

[14] Leon J Wood, The Prophets of Israel, 469

[15] Ibid, Sudarman, Identitas dan Karakteristik Nabi-Nabi Israel Dalam Perjanjian Lama, 306- 307.

Posting Komentar untuk "TUGAS NABI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN RELEVANSINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI (PART II)"