Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TUGAS NABI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN RELEVANSINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI (PART III)

 

 



EKSISTENSI PANGGILAN DAN TUGAS HAMBA TUHAN

            Seorang atau orang yang dapat disebut hamba Tuhan adalah orang yang memiliki panggilan khusus dalam hidupnya untuk melayani Tuhan, baik itu diistilahkan sebagai Doulos, Huperetes, Diakonos, Oiketes, Therapon, dan Leitourgos. Istilah hamba Tuhan dikenakan kepada setiap orang yang karena alasan tertentu memutuskan untuk menjadi hamba dan melayani Tuhan yakni mengerjakan pekerjaan atau pelayanan yang diserahkan untuk diselesaikan.[1]

Hamba Tuhan atau pelayan Tuhan atau Pendeta adalah suatu jabatan atau profesi dari seseorang yang terpanggil untuk melayani Tuhan dalam bidang pelayanan gerejawi maupun organisasi atau lembaga Kristen.[2] Menurut Asih R. E. Sumiri mengenai pribadi seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan:

 

 Pelayan Tuhan adalah seorang hamba Kristus, yang sadar bahwa hidupnya adalah milik Kristus karena Kristus sudah menebus hidupnya. Ia berkomitmen kepada satu tuan, yaitu Kristus. Ia memiliki ketaatan penuh dan kerendahan hati. Ia segera memberikan respons berupa tindakan dan bukan hanya berbicara tentang tugas yang dipercayakan kepadanya. Ia tidak tidak perlu mencari hormat bagi diri sendiri. Ia harus siap sedia dalam segala keadaan. Ia harus dapat menjaga rahasia. Ia selalu memperhatikan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Ia memiliki kesetiaan dan tanggung jawab kepada rumah Tuhan. Ia memiliki kehidupan yang diamati banyak orang, karenanya ia harus hidup dalam integritas. Ia mempersiapkan diri agar dapat melayani ibadah dengan baik”.[3]

 

 

RELEVANSI TUGAS NABI DAN TUGAS HAMBA TUHAN ZAMAN SEKARANG

Seorang Hamba Tuhan ketika melaksakanan tugas pelayanannya haruslah melakukannya dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab penuh bahwa tugas yang harus ia kerjakan adalah bentuk pengabdian sebagai hamba Tuhan kepada Allah, sehingga setiap orang yang dilayani merasa tersentuh. Jemaat yang dilayani dapat merasakan sungguh kehadiran Allah melalui pelayanan seorang hamba Tuhan (Kol. 3:17, 23). Seseorang yang terpanggil sebagai Hamba Tuhan mampu mengambil keputusan dan menetapkan setiap kebijakan dengan penuh kesadaran bahwa ia bertanggung jawab kepada Tuhan, gereja dan masyarakat, sehingga setiap hal yang dikerjakan berdasarkan hikmat Tuhan. Senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap langkah yang diambil. Yesaya 32:8 menulis “Tetapi orang yang berbudi luhur merancang hal–hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian”. Charles Swindoll dalam buku Meningkatkan Pelayanan Anda, juga menuliskan bahwa pelayanan yang dilakukan secara professional akan menuntun seorang Hamba Tuhan untuk dapat melakukan pelayanannya dengan menerapkan prioritas berdasarkan pertimbangan yang matang atas kepentingan, kegunaan dan manfaat dari setiap pelayanan yang dilakukan (I Kor. 8:8; 10:23).[4]

 

Nabi menurut Perjanjian Baru lebih dimengerti sebagai pengajar (bdk. Mat 7:15-20; 24:4; 2Ptr 2:1-3). Dan relevansinya bagi para hamba Tuhan masa kini adalah sebagai seorang yang dipanggil Allah untuk menjadi seorang pelayan Tuhan, yang tentunya melayani masyarakat dimana ia berada. Haruslah tugasnya dilakukan untuk kepentingan bersama dengan dilakukan secara profesional, baik itu bertugas untuk mengajar, memberitakan firman Tuhan, menggembalakan jemaat, dsb.

 

Seperti halnya nabi, seorang hamba Tuhan harusnya sebagai sosok yang memberi teladan yang memiliki panggilan khusus dimana ia memiliki relasi dengan Allah yang memanggilnya, setidaknya berani menyampaikan pesan Allah yang ia pahami dari perenungannya dari Firman Tuhan (Alkitab), dan tidak menggunakan pesan itu untuk kepentingannya sendiri, melainkan menyampaikan kebenaran. Karena seseorang yang dipanggil Allah untuk kepentingan tertentu itu adalah sesuatu yang istimewa, maka ia harus bergantung terus kepada Allah yang telah memilih dia untuk menjadi pelayanNya, dengan cara melaksanakan tugas sesuai panggilannya, menyampaikan segala sesuatu dengan jujur tanpa ada motivasi lain, tidak takut untuk menyampaikan kebenaran Firman Tuhan pada saat yang tepat.

KESIMPULAN

          Seorang nabi bisa disebut sebagai pelihat, penyambung lidah Allah, pengkhotbah, dan atau juru bicara Allah. Berperan dalam semua aspek kehidupan umat Allah, baik itu dalam sosial, politik, terlebih lagi aspek rohani. Dalam Perjanjian Baru sepertinya nabi seperti para nabi di Perjanjian Lama sudah tidak ada lagi, namun dalam Perjanjian Baru nabi bisa disebut sebagai pengajar.

            Pada masa kini juga sangat sulit untuk kita melihat atau menemukan siapa itu nabi, karena kriteria yang dibutuhkan sangat sulit dan perlu pernyataan Allah yang nyata-nyata. Namun dari tugas dan panggilannya, seorang yang pada saat ini disebut “hamba Tuhan” baik itu seorang pendeta, gembala siding, penginjil, atau orang-orang yang melakukan tugas di gereja juga mengambil bagian dalam tugasnya seperti yang dilakukan para nabi dahulu di zaman Perjanjian Lama. Maka tugas nabi sangat relevan bagi hamba Tuhan masa kini.



[1] Erwin W. Lutzer, Pastor to Pastor, Tackling Problems of The Pulpit (Chicago: Moody Press, 2002), 32.

[2]Myles Munroe, The Spirit of Leadership (New Kensington: Whiteker House, 2004), 30.

[3] Asih Rachamani Endang Sumiwi, “Menerapkan Konsep Pelayan Tuhan Perjanjian Baru pada Masa Kini”, Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Epigraphe. Vol 3, no 2, November 2019 (94-106). 105.

[4]Charles R. Swindoll, Meningkatkan Pelayanan Anda: Improving Your Serve, (Bandung: Pionir Jaya, 2011), 204

Posting Komentar untuk "TUGAS NABI DALAM PERJANJIAN LAMA DAN RELEVANSINYA BAGI HAMBA TUHAN MASA KINI (PART III)"