Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pentingnya Harga Diri 3- Ringkasan Buku How To Respect My Self

 


Mengapa Harga Diri Kini Menjadi Penting

Apa pengaruh harga diri dalam kehidupan kita? Hampir semuanya. Mulai dari ucapan, tindakan, penilaian, pilihan, perasaan, dan sebagainya. Terutama belakangan ini, ketika banyak orang yang mengeluh susah. Harga diri juga bisa disebut sebagai 'skala kesehatan jiwa. Orang yang merasa dirinya menderita, orang yang sulit berkencan, orang yang selalu murung, dan orang yang memiliki masalah dalam hubungan personal, semua terkait - dengan harga diri. Harga diri memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan sosial. Orang yang harga dirinya tinggi sekalipun, akan jatuh jika terus berhadapan dengan situasi yang penuh tekanan atau stres. Sebaliknya, orang dengan harga diri rendah bisa pulih pelan-pelan tergantung dengan lingkungannya.

Era Harga Diri Menjadi Penting

“Pernikahan orang lain langgeng. Anak-anak mereka tumbuh dengan baik. Pekerjaan mereka juga tuntas dengan cepat. Tapi kenapa buatku itu semua terasa sulit, ya?" Dalam beberapa tahun, semakin banyak orang yang memiliki pertanyaan seperti ini. Saya sering mendengarnya, tetapi tidaklah mudah untuk menjawabnya. Saya pun sering mengajukan pertanyaan seperti ini. Kenapa saya belum punya rumah, tidak sempat menulis, dan hari demi hari merasa telah? Sementara dokter lain bisa mendapat banyak uang, bisa menulis jurnal, dan bisa berlibur bersama keluarga setiap akhir pekan.

Kehidupan orang lain tampak begitu mudah. Mereka mudah mendapatkan pekerjaan. Mereka bisa bertemu jodohnya lalu jatuh cinta. Pernikahan mereka terlihat tenteram. Kalaupun ada perpisahan, mereka melakukannya secara baik-baik dan bisa kembali tersenyum setelah beberapa hari bersedih. Namun, benarkah demikian? Benarkah hanya 'aku' yang sendirian dan kesulitan ketika dunia berputar dengan lancar? Sama sekali tidak.

Orang-orang yang Lebih Kesepian setelah Batasan Hilang

Kehidupan kita berkembang dengan pesat dibandingkan masa lalu Kita tidak perlu khawatir kelaparan dan setiap orang pasti memiliki ponsel seharga jutaan rupiah. Namun ironisnya, kita semakin kesulitan menjaga kesehatan mental seiring dengan perkembangan teknologi. Ini kenyataan yang berulang dalam Sejarah. Saat terjadi revolusi industri di Inggris pada abad ke. 17. jumlah pasien kejiwaan meningkat tajam. Terutama pasien pecandu alkohol yang menimbulkan masalah sosial.

Bagaimana dengan kita di kala industri IT berkembang dengan Cepat? Apakah kita bahagia dan sehat setelah terhubung  dengan dunia ponsel cerdas—mulai dari mengecek berita dan scuaca—sejak membuka mata hingga tertidur?  Perkembangan ponsel cerdas dan media sosial tentu membawa banyak hal yang menguntungkan. Kita bisa terhubung dan bertukar info secara langsung dengan orang orang yang bahkan tidak kita kenal. Orang yang ada di belahan bumi seberang pun bisa menjadi teman kita. Kita akan terkagum-kagum bila melihat Facebook, Twitter, dan blog teman.

Interior yang megah, makanan yang enak, liburan ke luar negeri, membaca buku, hobi yang ingin diikuti... Melihat kehidupan mereka yang demikian indah membuat kita mati kutu, Kita mengira bahwa semua orang berbahagia, kecuali  kita. Kita merasa sedih dan iri sekaligus menganggap bahwa hidup kita begitu layu dan miris. Namun, benarkah kehidupan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan dan kepuasan sebagaimana yang terlihat? Menurut saya tidak. Justru semakin banyak orang yang hidup dengan memakai topeng.

Kita hidup di dunia di mana kita semakin dekat dengan orang lain tapi hati semakin berjarak. Orang yang kita dekati sebagai teman bisa jadi adalah musuh. Hati yang kita buka dengan susah payah bisa terluka lebih hebat. Sepatah kata bisa membuat kita dihujat habis-habisan. Orang yang kita anggap satu tim bisa menjadi pesaing berat. Kita tidak bisa mencurahkan isi hati kepada sembarang orang dan harus banyak-banyak menyaring dan metihat situasi jika ingin menampakkannya. Kita bisa berbagi kegelisahan dengan siapa saja, tetapi tidak ada yang terasa mendengarkannya dengan sepenuh hati. Akibatnya, kita diserang kesepian yang amat sangat meski ada banyak orang di sekitar kita.

Di masa lalu, kita bisa bercerita kepada kakak atau adik jika ada hal yang mengganggu kita. Kakak laki-laki akan menghampiri teman sekelas yang memalak kita dan meminta kembali uang tersebut. Kakak perempuan akan menghibur atau mengomeli kita karena tidak melawan saat kita merasa terluka atau diabaikan. Namun sekarang, hal seperti itu semakin sulit ditemui. Lingkungan kita telah berubah karena angka kelahiran yang semakin menurun dan setiap orang pun sudah kewalahan dengan kehidupan masing-masing. Teman sekantor tidak bisa menjadi sekutu kita dan kita juga tidak mungkin menceritakan masalah kita kepada tetangga. Kita seperti pulau terpencil yang kesepian dan menyimpan sendiri masalah masing-masing. Sebuah zaman di mana kita terhubung ke semua tempat, tetapi semuanya buntu.

Spesifikasi Harga Diri yang Paling Kuat

Tidak hanya manusia yang berubah. Dunia pun semakin menuntut dan mempertanyakan terlalu banyak hal. Mereka selalu bertanya dan memastikan akan hidup seperti apa ingin menjadi apa, jalan apa yang akan dilalui, dan dengan kecepatan berapa. Semakin banyak hal yang harus diputuskan dan dijawab.

Tentu saja kita akan merasa kacau dan khawatir. Anak-anak muda tidak bisa lepas satu inci pun dari kegelisahan "Aku nggak tahu, hebatnya aku di mana, ya". Energi mereka pun habis karena terlalu terpaku pada hal itu. Pertanyaan dan kegelisahan semakin banyak seiring dengan banyaknya hal yang dilihat dan didengar, tetapi jawabannya tak kunjung didapat. Sungguh dunia yang menyesakkan. Seiring dengan meledaknya informasi, identitas kita kian sering dibandingbandingkan. Pemikiran, proses hidup, pandangan, dan pencapaian kita menjadi objek perbandingan. Mungkin itu sebabnya orang yang hidup dengan baik pun menyimpan pertanyaan ini di dalam sudut hatinya, 'Benarkah aku sudah , hidup dengan baik?

Lingkungan seperti ini memberikan pengaruh yang besar terhadap harga diri. Kita membandingkan tanpa henti dan memacu perasaan rendah diri, kita kesal dengan lingkungan kita, dan selalu mengecek apakah ada yang aneh dengan sifat kita. Menemukan jawabannya juga tidak mudah. Kita merasa ada masalah, tetapi tidak punya waktu untuk memikirkannya sehingga kita tidak memikirkannya dan harga diri yang jatuh pun terabaikan.

Jiwa yang dilengkapi dengan hati yang sehat merupakan senjata terkuat di saat lingkungan sedang tidak baik. 'Siapa aku?', “Apakah jalan yang kutempuh sudah benar?', dan 'Bisakah aku menyelesaikannya dengan baik?" sesungguhnya merupakan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan harga diri. Di saat seperti ini, harga diri harus kuat sehingga kita tidak akan terlalu terluka dan dapat menemukan jalan.

Kini adalah masanya harga diri harus dijaga oleh diri sendiri. Berbagai cara dan jalan untuk menjadi bahagia cukup merajalela, tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari harga diri yang kuat. Harga diri yang sehat adalah senjata terkuat untuk bertahan hidup di zaman yang rumit seperti saat ini.


Joko Prasetyo
Joko Prasetyo Pendiri dan Admin pikirankristen.com

Posting Komentar untuk "Pentingnya Harga Diri 3- Ringkasan Buku How To Respect My Self"